Axel menghentikan motor ninja merahnya di sebuah toko bunga, lelaki itu masuk ke dalamnya. Membeli sebuket bunga mawar, namun berbeda, sekarang Axel membeli buket mawar berwarna putih. Setelahnya, motor itu melaju ke rumah sakit.
Tidak ada yang berbeda, saat Axel sudah tiba di ruang ICU, dokter lagi-lagi sedang memantau tanda vital Faranisa. Namun, gadis itu tidak memejamkan mata. Gadis itu terbangun. Tetapi, apakah Faranisa menginginkan keberadaannya. Di saat yang sama juga, Michael sedang menatap adik perempuannya lekat. Michael masuk ke dalam ruangan ICU, sedangkan yang lain menunggu di luar. Sudah peraturannya bahwa pasien tidak dapat dijenguk, kesempatan masuk ke ICU hanya diberikan kepada keluarga dan akan dilakukan pengaturan secara bergantian oleh perawat ICU. Axel terus menatap Faranisa dari pembatas jendela kaca, dengan senyuman tipis yang tercetak di wajah Axel.
Rasanya, sangat bersyukur bisa melihat gadis yang ia sayangi membuka mata setelah mata itu tertutup dalam kurun waktu yang lama.
"Axel? Bawa bunga lagi?"
Axel menoleh, perawat itu lagi. Yang merupakan ibunda dari anak perempuan kecil kemarin.
"Iya, saya titip lagi ya"
"Boleh"
"Apa saya bisa masuk ke dalam?"
"Nanti ya, setelah lelaki yang ada di sana keluar"
"Baik, terima kasih"
Perawat tersebut mengangguk seraya tersenyum, lalu meninggalkan ruangan dan Axel di sana. Axel hanya bisa menunggu dan menatap Faranisa dari pembatas jendela kaca. Setelah dua menit berlalu, barulah Michael ke luar dari ruangan ICU.
"Axel?"
"Iya Kak"
"Lo mau jenguk Faranisa?"
Axel mengangguk.
"Masuk gih" suruh Michael
Axel tersenyum, perlahan dirinya memasuki ruangan tersebut. Sungguh tak tega melihat Faranisa dengan selang pernapasan yang menempel, gadis itu terbaring lemah di sana. Axel menghela nafasnya, ingin rasanya memeluk dan menguatkan gadis itu. Tetapi ia tidak bisa melakukan hal tersebut. Perlahan-lahan, langkah kaki Axel tiba di samping Faranisa. Namun, Faranisa memejamkan matanya. Padahal saat Michael keluar dari ruangan, Faranisa masih membuka mata.
"Beruang madu" lirih Axel
Tak ada jawaban, mata gadis itu masih terpejam.
"Beruang madu cepat sembuh ya, jangan nyerah, lo harus kuat"
"Beruang madu, gue bersyukur bisa natap lo. Tapi, lo tutup mata. Padahal, gue mau mandangin mata itu"
"Gak apa-apa, gue ke sini untuk nguatin lo"
"Beruang madu, gue mau lo cepat pulih"
"Beruang madu, Abang Gavin kangen sama lo. Katanya sampaiin salam ke Dedek gemes"
"Gue kangen, kata Gavin"
"Victoria sama Misella juga sedih denger kabar lo"
"Beruang yang di rumah kangen sama lo, dia nangis mau ketemu beruang madu"
"Beruang madu, i love you"
"Faranisa Zeline Altezza, i love you"
"Gue pamit"
Axel tertunduk, langkahnya berjalan keluar dari ruangan ICU.
Faranisa sempat melirik ke arah pembatas jendela kaca, dirinya menatap Axel. Lelaki itu sedang menatap Michael, lalu beralih ke dirinya dengan tatapan sendu. Dengan cepat, Faranisa mengalihkan pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Cold Heart
Romance"Don't judge a book by the cover, and don't judge a book by the first page." Axel, lelaki yang memiliki wajah di atas rata-rata, tinggi semampai, periang, dan baik hati. Tetapi, semua itu menjadi berubah dikarenakan masa lalu percintaan yang kelam...