Part 4 - Berpura-pura Tegar

24 3 3
                                    

{27 Mei 2018}

Rinai hujan membasahi bumi di pagi yang kelabu ini. Tak nampak sedikit pun kecerahan yang terpancar dari awan-awan hitam di atas sana. Suasana pagi ini serupa dengan gambaran hati wanita cantik yang sedari tadi berdiri dibalik jendela kamarnya. Mata indahnya menatap keluar jendela, menyaksian setiap tetes air hujan yang turun membasahi pohon dan jalan-jalan diluar sana. Senyum indah itu tak lagi terpancar di bibir mungilnya. Semuanya sirnah setelah kejadian semalam, Kejadian yang mempertemukannya kembali dengan seseorang yang dulu pernah mengisi relung hatinya. Seseorang yang dulu Mewarnai setiap harinya dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Seseorang yang selama 4 tahun belakangan ini selalu ia rindukan. Dan Seseorang yang dulu bahkan sampai saat ini masih tetap dicintainya.

Namun kini, takdir tuhan berkata lain. Semuanya sudah terlambat. Cintanya yang dulu tak akan pernah terulang lagi. Kini, semuanya hanya tinggal kenangan, kenangan yang pastinya tak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya.

Tapi,

kini ada satu pertanyaan yang harus ia jawab. Apakah ia masih sanggup melewati hari hari berikutnya setelah kejadian semalam?

🎵Mengapa engkau waktu itu
     Putuskan cinta ku..
     Dan saat ini engkau selalu ingin
     Bertemu..
     Dan memulai jalin cinta..

🎵Mau dikatakan apa lagi..
    Kita tak akan pernah satu..
    Engkau di sana, aku di sini..
    Meski hatiku memilihmu...


Lantunan lagu 'Mantan Terindah' dari kahitna terus mengalun, menemani dirinya yang masih saja berdiri menatap buliran hujan di luar sana.

🎵Andai aku bisa..
    Ingin aku memelukmu lagi..
    Di hati ini hanya engkau mantan
    Terindah..
    Yang selalu ku rindukan...

🎵Mau dikatakan apa lagi..
    Kita tak akan pernah satu..
    Engkau di sana, aku di sini,

"Meski hatiku memilihmu."

Bibirnya tanpa sadar menyanyikan sepenggal bait lagu itu. lagu yang sedari tadi terlantun dari ponselnya yang menjadi gambaran perasaannya untuk saat ini.

TESS

Tampa terasa cairan bening itu kembali jatuh mengaliri pipinya. Entah sudah berapa kali ia meneteskannya. Setelah pertemuan itu rasanya ia tak mampu lagi tuk menahan setiap bulir air matanya.

"Kenapa kita dipertemukan disituasi yang sesulit ini, Nico?"

"Kenapa kamu datang disaat yang tidak tepat?"

"Kenapa kamu datang terlambat?"

"Kenapa Nico?"

"kenapa?"

Sudah sedari tadi ia melontarkan
pertanyaan-pertanyaan itu dibenaknya, namun sampai detik ini ia belum juga mendapatkan jawabannya. Ia marah, ia kecewa, dan ia sangat menyesal. Kenapa, kenapa semua ini terjadi. Kenapa semua kepedihan ini harus ia rasakan kembali.

Semua ini salah siapa?
Dia harus menyalahkan siapa sekarang?
Apakah dia jarus menyalahkan Nico yang datang kembali kekehidupannya?
Ataukah dia harus menyalahkan Daffa karna berada ditengah-tengah dirinya dan Nico?

Tidak!!! Semua itu tidak benar. Dia tak boleh menyalahkan siapa-siapa. Tak ada yang salah. Baik Nico maupun Daffa, kedua pria itu tak bersalah. Terlebih Daffa, tidak sepatutnya dia menyalahkan pria baik hati itu. Semua ini bukanlah salahnya. Justru sebaliknya, dia harus berterima kasih padanya karna berkatnyalah, dirinya masih bisa bertahan selama 4 tahun ini.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang