Part 10 - Semakin Curiga

22 2 3
                                    

{2 Juni 2018}

Setelah lama terdiam menatap Kekasihnya dibalik pintu Kamar, Daffa melangkah menghampirinya dan langsung memeluk tubuh ramping gadisnya dari belakang. Keke yang saat itu tengah sibuk merapikan beberapa pakaian Daffa ke Dalam Koper cukup kaget dengan apa yang dilakukan kekasihnya.

"Maaf yah, Sayang. Ini tiba-tiba. Aku aja nggak tau kalau Om Dion mengubah rencana awal yang sudah kita susun." Ujar Daffa penuh sesal. Dagunya ia tempelkan erat pada pundak gadisnya.

"Nggak apa-apa kok, Sayang. Aku faham dengan kesibukan kamu. Lagi pula ini bukan untuk yang pertama kalinya kan." Kata Keke memaklumi sembari kembali merapikan Barang-Barang yang akan Daffa bawa nantinya.

"Tapi kan, Rencana Liburan yang sudah kita planing jauh-jauh hari akan gagal total, Sayang."

"Nggak apa-apa, Sayang. Aku nggak masalah kok."

"Tapi akunya yang masalah, Sayang. Aku baru aja mau lepasin semua rindu aku ke kamu, ehhh, udah ada halangan lagi."

Keke terkekeh gemas, terlebih ketika ia memalingkan wajahnya dan mendapati wajah murung Daffa dengan bibir dikerucutkan yang membuatnya semakin gemas saja.

"Jelek tau, ihh." Satu tangannya mencolek bibir Daffa diiringi dengan tawa lepasnya. Hari ini dia tampak ceria. Sepertinya kejadian beberapa hari lalu sudah dilupakannya. Mungkin saja dia memilih untuk bertahan dengan Daffa, atau mungkin juga ini hanyalah sebagian dari topengnya saja? Entahlah..!!

"Nah sudah." Serunya ketika semua yang dikerjakannya telah selesai, Daffa tersenyum menatapnya dengan kagum.

"Aku memang nggak salah memilihmu, Sayang. Kamu memang calon istri terbaik yang bisa mengurusiku dan juga calon anak-anak kita nanti." Sekali lagi kedua tangannya melingkari tubuh Keke. Pipinya ia tempelkan pada pipi Kekasihnya, sesekali mengecupnya.

Keke hanya tersenyum bahagia menerima perlakuan Kekasihnya. Sebelah tangannya terangkat mengusap-usap kepala Daffa dengan Sayang.

"Aku juga beruntung memiliki calon suami sepertimu, Sayang. Kamu laki-laki terbaik yang tuhan kirimkan untukku. Yang bisa membimbingku dan selalu mengarahkanku ke jalan yang benar. Kamu juga selalu sabar menghadapi segala tingkahku yang kadang-kadang mengesalkan dan bahkan sudah sangat menjengkelkan." Daffa Terkekeh mendengarnya.

"Kamu memang lelaki terhebat sayang." Tambahnya membuat dada Daffa mengembang. Kecupan lembut kembali ia terima dipipinya. Dia tampak sangat bahagia mendapatkan perlakuan manis ini dari kekasihnya. Namun, beberapa saat setelah itu, wajahnya kembali muram. Seperti masih ada yang mengganjal dihatinya.

~~☆♡☆~~


Daffa Bersama dengan Kekasihnya keluar dari kamar setelah semua barang bawaannya sudah siap. Setibanya di teras Depan, Dia langsung menerima ungkapan kekesalan Alex.

"loe nggak asik Daf, masa Weekend juga kita harus kerja sih. Tujuan awal kita kesini kan bukan untuk itu. Tapi refreshing. Hura-hura. Nah Kalau kayak gini mah sama aja bo'ong." Alex nampak begitu kesal.

Daffa menyengir tanpa Dosa. "Sorry Brow. Gue juga nggak nyangka kalau Om Dion bakalan nyuruh kita langsung survei ke lapangan."

Alex semakin cemberut saja, begitu juga dengan kekasihnya, Nadia, yang sejak tadi terus saja bergelayut manja dilengannya. Dia seolah tak rela membiarkan Alex pergi.

"kalian berapa hari di sana?" Tanya Nadia.

"Kita cuma empat hari kok." Jawab Daffa.

"Whatt? Itu artinya kalian kembali ke sini di hari terakhir kita di puncak dong?" Raut wajah Nadia tampak semakin sedih.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang