Part 9 - Dilema

15 1 0
                                    

{1 Juni 2018}

Hembusan angin sejuk sejak tadi membelai-belai tubuhnya, membuatnya merasa dingin juga berlama-lama berdiri di ujung bukit yang dipijakinya saat ini. Rasa dingin itu menggerakkan tangannya untuk memeluk tubuhnya, sesekali mengusapnya.

Seolah mengerti dengan kondisinya, Seorang pria datang menghampirinya dan langsung memakaikan jaket pada tubuhnya. Kedua lengan pria itu ikut pula melingkari tubuhnya.

"Dingin yah, Sayang?"

Dia hanya mengangguk seraya menyentuh kedua lengan Kekar itu. Hangatnya pelukan si pria mulai menjalari seluruh tubuhnya.

Cukup lama mereka terdiam dalam posisi itu sampai si Pria membisikkan sesuatu di telinganya yang jujur Saja membuatnya bahagia tapi juga sengsara.

"Aku mencintaimu, Sayang."

"Aku sangat mencintaimu."

"Aku bahkan tak sabar lagi menanti hari bahagia kita."

"Hari pernikahan kita."

Matanya sedikit terbelak yang tak berapa lama menjatuhkan buliran airnya. Rasanya aneh, bahagia bercampur derita. Disatu sisi, dia merasa bahagia karna beruntung mendapatkan pria sebaik calon suaminya ini. Tapi disisi lain, dia juga merasakan sedih yang teramat sedih karna harus tetap merelakan cinta pertamanya pergi.

Jujur saja, bukan ini yang diinginkan hatinya. Dia menginginkan Nico. Bukan Daffa.

"Keke Sayang."

"Hmm."

"Kamu juga mencintaiku kan, seperti aku mencintaimu?"

Lagi-lagi Keke terjebak. Dia tak bisa berkata apa-apa. Harus kah dia berbohong lagi?

"Sayang."

Panggilan Daffa untuk kesekian kalinya itu membuatnya tersadar. Dia mendesah perlahan berbalik menatap wajah kekasihnya. Dilihatnya wajah Daffa begitu bahagia kala memandangnya. Dan rasa bersalah itu semakin meluap saja.

"Tentu Sayang. Aku tentu saja mencintaimu sama seperti kamu mencintaiku."

Berbohong lagi. Dia sepertinya tak punya pilihan lain.

Daffa mengukir senyumnya. Hatinya membuncah penuh dengan kebahagiaan. Meski dia tahu kalau apa yang Keke katakan tadi tak jujur karna dia masih sangat yakin kalau Keke masih selalu mengingat mantan terindahnya. Namun hatinya telah bertekad akan mengubah semua itu.

"Terima kasih Sayangku." Lirihnya seraya mengecup kening gadisnya kemudian mendekap erat tubuh mungilnya.

Keke kembali pasrah. Hingga saat ini dia masih berada dalam dilema.
Melanjutkan atau menghentikannya?
Mengikuti egonya atau pasrah saja dengan keadaan?
Dia tak tahu harus memilih yang mana.
Dia tak bisa membiarkan Nico pergi, tapi tak sanggup juga jika harus melepaskan Daffa.

Apakah dia EGOIS?
Ataukah dia JAHAT?

Kembali dia teringat akan kejadian semalam. Kejadian dimana ia dengan beraninya mengecup bibir Nico. Bukan kecupan biasa, dia bahkan menggila. Dan kata-kata yang ia keluarkan malam itu tentu akan membuat hati Daffa tertusuk jika mendengarnya.

"Aku mohon Nico. Untuk malam ini saja. Aku ingin menjadi milikmu seutuhnya." Desahnya parau kala Nico mencoba melepaskan tautan bibirnya.

"Aku mencintaimu Nico. Aku masih sangat mencintaimu. Dan asal kamu tahu saja, Cinta ini tak akan pernah hilang untuk selamanya."

Dan akhirnya ia harus kecewa karna Nico tak membalas kecupannya, melainkan hanya diam tapi tak juga menghentikan aksinya. Hingga saat dimana Nico berkata,

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang