part 7 - Perang Batin

25 1 0
                                    

Sore itu, Keke berada di sebuah perkebunan teh yang letaknya cukup jauh dari Villa. Kali ini dia tak ditemani Daffa, sebab kekasihnya itu harus pergi ke rumah Pamannya untuk membicarakan proyek kerja sama mereka.

Kini, Gadis cantik bertubuh mungil itu memejamkan matanya sembari merentangkan kedua tangannya menyambut hembusan angin menerpa tubuhnya. Dia begitu menikmati apa yang dilakukannya hingga tak menyadari jika sejak tadi ada seorang pria yang tengah mengawasinya di balik pohon.

"kamu nggak berubah, Ke. masih aja sama seperti dulu." lirih pria dibalik pohon itu.

Perlahan, pria itu mendekatinya.

"Anginnya sejuk banget yah."

Keke tersentak mendengarnya. Suara itu, suara khas itu sangat tak asing ditelinganya. Ohh tidak. Jangan dia. Ku mohon jangan dia, Tuhan.

Degg..

Ternyata itu dia. Nicolash. Mantan terindahnya. Yang kini menatapnya dengan tatapan teduh dan senyum lembut yang teramat dirindukannya itu.

Untuk beberapa saat, keke hanya terpaku menatap wajah oriental Nico. dia tak tau harus berbuat apa. Hanya ada dua opsi pilihan yang dihadapkannya saat ini. Apakah Dia harus pergi, Atau tetap tinggal menatap lebih lama wajah yang teramat sangat dirindukannya itu dan sudah pasti hal itu akan semakin menyakitinya.

Otaknya memilih untuk pergi tapi tidak dengan hatinya. Hatinya menyuruhnya untuk tak pergi, hatinya menyuruhnya untuk tetap bertahan. Dan Hatinya memilih menatap lebih lama wajah oriental yang sangat-sangat dirindukannya itu.

Dan sepertinya otaknya kalah dengan keinginan hatinya.

Raganya kini tetap diam. Tak bergeberak sedikitpun. Tak ada bahasa tubuh yang tergambarkan. Namun tatapan matanya yang sayu penuh dengan buliran air mata itu menjelaskan segalanya. Dan Nico sangat memahami hal itu.

"kamu apa kabar?" Tanya Nico, mencoba merilekskan suasana.

Keke masih terdiam kemudian berpaling ketika buliran air mata yang tertumpuk itu tak sanggup lagi ditahannya.

"Baik." Hanya itu yang terucap dari bibirnya.

Nico mengukir senyumnya. "Selamat yah atas pertunangan kalian." Sebelah tangannya terulur.

Keke menghapus air matanya yang sempat jatuh lalu menatap tangan yang terulur dihadapannya. Kembali dia terdiam. Hingga pada akhirnya dia menjabat tangan itu juga.

"Terima kasih."

Dan kembali. Suasana hening penuh dengan kecanggungan menyelimuti mereka.

~~☆♡☆~~


Daffa yang baru saja pulang dari rumah pamannya langsung mencari keberadaan Keke. Dia sudah tak sabar ingin segera menyampaikan perihal suksesnya proyek yang ia kerjakan dengan Sang Paman.

"Loh. Kok nggak ada yah?"

Dia tak mendapati kekasihnya di dalam kamar. Langkahnya kembali keluar. Ke tempat dimana Nadia, Alex dan Andre berkumpul.

"Guys. Kalian liat keke nggak?"

Ketiganya mendongak menatapnya.

"Tadi sih dia pergi, Daf." Jawab Alex.

"Pergi ke mana?"

"Nggak tau sih. Dia tadinya nggak bilang sama kita. Iya kan, Sayang." Nadia mengangguk membetulkan ucapan kekasihnya.

"Kemana yah dia?"

Merasa khawatir, Daffa segera mengambil ponselnya. Dia mencoba menghubungi kekasihnya tapi dering ponsel Keke justru terdengar dari dalam Kamar. Daffa melangkah, memasuki kamar dan didapatinya Ponsel itu.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang