Part 8 - Mencoba Merelakan

17 1 0
                                    

Saat dimana Takdir telah menentukan. Raga ini hanya mampu berserah dan menguatkan hati menerima kenyataan bahwa kau memang tak tercipta untukku


~~☆♡☆~~

KRIETT

Betapa bahagianya Daffa ketika melihat wajah Kekasihnya muncul dari pintu itu. Langsung saja dia menghampiri Keke dan memeluknya.

"Sayang. Kamu kemana aja?"

Keke semula hanya diam. Dibalasnya pelukan tunangannya dengan begitu erat.

"Maafkan aku."

"Nggak apa-apa, Sayang. Tapi lain kali kamu bilang yah kalau mau kemana-mana. Terus jangan lupa bawa Handphone. Kamu tau, aku sangat mengkhawatirkanmu, Sayang."

Keke mulai terisak mendengar perkataan Daffa yang begitu tulus mengkhawatirkan dirinya, tapi apa yang diperbuatnya. Dia sudah melukai hati tunangannya itu.

"Maafkan aku Daffa. Aku telah mengkhianatimu. Maafkan aku."

Daffa semakin mengeratkan pelukannya saat mendengar Keke terisak semakin keras dalam rengkuhannya. Diusapnya punggung gadisnya itu agar merasa jauh lebih baik. Pandangannya teralih ketika seseorang memasuki pintu. Dia cukup heran melihat orang itu juga kebasahan dengan raut wajah yang tampak lusuh.

"Dave." Serunya diiringi debaran jantung gadis yang dipeluknya.

Mata Nico langsung tertuju pada Daffa yang saat ini tengah Memeluk Keke. Dia tersenyum getir.

"Loe dari mana aja, Dave?"

"Gue nggak kemana-mana kok. Cuman muter-muter deket sini doang."

"Hmm." Gumam Daffa sebelum tatapannya kembali teralih pada wajah gadisnya. Dia yang merasa pelukan Keke semakin mengencang ditubuhnya membuatnya cukup heran.

"Sayang. Are you oke?"

Keke mengangguk pelan. Sedang Nico semakin menampakkan wajah sedihnya. Dia perlahan melangkahkan kakinya melewati Daffa dan Keke yang masih berpelukan. Bersamaan dengan itu. Andre, Nadia dan Alex muncul.

Alex menatap Nico dan Keke bergantian. Dia melihat ada sesuatu yang janggal dari mereka berdua.

"Kok kalian bisa pulang barengan sih? Terus itu jaketnya Ello kenapa bisa dipake sama Keke?"

Andre yang menangkap sinyal jika Alex mulai ingin menyudutkan sahabatnya itu menjadi geram. Baru saja dia akan berucap tapi tangannya langsung digenggam oleh Nico yang kini telah berdiri di sampingnya. Mengisyaratkannya untuk diam.

"Tadi gue ketemu Keke di jalan."

"Oh, gitu yah. Tapi aneh sih. Menurut gue kayaknya ada yang--"

"--Hehh. Loe jangan mulai lagi yah. Gue nggak akan segan-segan ngehajar muka loe kalau sampai loe ngomong yang nggak nggak tentang Nico." Akhirnya Andre tak dapat juga menahan Emosinya.

Alex mendecih. Tatapan sinisnya kembali ia layangkan kepada Andre.

"Loe tau, dengan sikap loe yang kayak gini, gue semakin yakin kalau SAHABAT loe ini emang menyembunyikan sesuatu dari kita."

Nico hanya tersenyum saat Alex menatapnya tajam kala menyebutkan kata 'sahabat'. Tapi tidak dengan Andre, emosinya semakin meluap-luap. Rasanya dia sudah tak tahan melayangkan satu bogeman mentahnya ke Wajah Alex tapi Nico terus saja mencegahnya.

"Dan gue juga semakin yakin kalau kalian berdua punya niat nggak baik sama Dafga." Kali ini Alex telah melewati batas. Daffa yang mendengarnya pun mulai panas.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang