Part 2 - Berusaha Melupakannya

28 3 0
                                    

"Ekheemm... Ekhemmm.."

Tiba-tiba saja terdengar suara deheman seseorang.

Hal itu membuat Daffa terpaksa harus menghentikan aksinya. Dengan wajah kesalnya, dia menengok ke belakang sambil berkata,

"Itu siapa sih. Ganggu aaj-"

Ucapannya terhenti begitu melihat sosok pria tampan berbadan tinggi tegap memakai kacamata berbingkai lebar yang membuat penampilan pria itu semakin mempesona. Daffa menahan nafasnya. Begitu terkejutnya ia melihat Pria itu hingga seluruh tubuhnya menegang. Terlebih lagi saat pria itu melangkah kearahnya.

"Tamat riwayat gue. Bisa jadi sate gue malam ini."

Pria itu kini tiba dihadapan mereka. Satu tangannya bergerak memberikan isyarat kepada Daffa untuk segera berdiri dari posisinya saat ini.

Daffa mengikuti perintahnya, tak mungkin jika ia tak menuruti perintah pria itu. Bisa jadi Sate betul dirinya kalau sampai tak mengikuti segala apa yang diperintahkannya.

Dengan perasaan was-was, Daffa pun perlahan mengangkat tubuhnya. Keke juga ikut berdiri tegak dihadapan pria itu.

"Loe mau ngapain tadi, Heehh. Loe mau macem-macemin adek gue. Iyya?" Pria itu tampak sangat marah. Satu tangannya Langsung menjewer telinga Daffa.

"Ampun, Kak. adedeedeee. Gue tadi nggak ngapa-ngapain kok, Kak. Sumpah deh."

Daffa membela diri sambil meringis kesakitan karna jeweran calon kakak iparnya itu betul-betul keras.
Ternyata pria itu adalah Vigo Wicaksono, kakak kandung Keke.

"Udah deh loe nggak usah ngeles. Tadi gue ngeliat dengan mata kepala gue sendiri kalau loe mau modusin adek gue. Ngaku loe."

Tampaknya Vigo tak mau tau dengan alasan Daffa dan semakin mengencangkan jewerannya.

Daffa semakin meringis. Melihat kekasih adiknya yang seperti itu, bukannya melepaskan jewerannya Vigo malah semakin mengencangkannya. Dia mana mau tau penderitaan pria itu. Dan menurutnya apa yang saat ini dilakukannya memang benar. Mereka berdua belum resmi menjadi sepasang suami istri, jadi hal-hal yang seperti itu masih belum boleh dilakukan oleh mereka berdua. Yahh walaupun ciuman di masa sekarang ini sudah menjadi hal yang lumrah, tapi baginya itu tetap tidak boleh dilakukan oleh mereka. Titik!!! Tanpa tanda koma lagi.

Masih meringis kesakitan, Daffa kembali membela dirinya. Dia terus mencoba menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya walaupun ujung-ujungnya Kakak kandung kekasihnya itu tetap tak mau mempercayainya.

"Sumpah, Kak, gue nggak ngapa-ngapain keke. Beneran."

"Enggak atau belum sempet. Hemm."

"Nggak, Kak. Beneran. Tanya aja sama Keke."

"Jangan ngeles lagi deh loe. Udah, ngaku aja."

"Ok, Ok. Gue ngaku, Kak. Tadi gue emang pengen ngelakuin itu. Tapi nggak jadi karna keburu ada ello di sini."

Daffa akhirnya mengaku juga. Vigo pun semakin mengencangkan jewerannya. Tak tanggung-tanggung, dia sampai membuat Daffa menjerit kesakitan.

Keke hanya tertawa melihat tingkah kedua pria dihadapannya itu. Yahh,, memang seperti itulah mereka. Kakaknya yang over protektif kepada dirinya dan kekasihnya juga yang selalu memancing amarah kakaknya membuat kedua pria itu selalu saja mengalami pertengkaran setiap kali mereka bertemu. Tak ada hal yang tidak mereka ributkan, bahkan hal sepele saja dapat menjadi masalah besar buat mereka. Tapi tak jarang pula mereka tampak sangat kompak.

Sebetulnya, kakaknya itu sangat menyayangi kekasihnya, hanya saja mungkin caranya yang menyampaikan kasih sayangnya itu yang salah, atau kakaknya memang gengsi untuk mengakuinya. Entahlah. Tapi dari apa yang dilihatnya, dia sangat yakin kalau kakaknya itu sangat sangat menyayangi Daffa.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang