Our Story - 6

4.8K 519 30
                                    

Sarawat berjalan dengan uring-uringan menuju fakultasnya

Dia sadar kalau dia tidak memiliki hak apapun atas apa yang Tine lakukan atau dengan siapa Tine menghabiskan waktu

Hanya saja

Sarawat ingin Tine memikirkan perasaannya sedikit setelah tahu bagaimana dia memandang Tine sekarang

Setidaknya Tine bersikap seolah dia peduli walau hanya kepura-puraan, Sarawat tidak akan mempermasalahkannya

Tapi jalan dengan pria lain tanpa sepengetahuannya, itu seperti menampar harga dirinya sebagai seorang pria yang mencintai Tine dengan sepenuh hati.

"Wat!"

Langkah Sarawat terhenti lalu berbalik, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya

"Wat, tunggu"

Tine menghampiri Sarawat dengan napas memburu

"Tunggu, biarkan aku bernapas dulu" ujar Tine terengah sambil membungkukkan tubuhnya

"Apa yang kau lakukan di sini? Kau terlambat ke kelas" lembut Sarawat

Tine berdiri tegap lalu menatap lurus Sarawat

"Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa harus menjelaskan hal ini padamu"

Sarawat diam mendengarkan

"Aku dan phi Mil, kami tidak ada hubungan apapun. Aku juga baru mengenalnya semalam saat aku tiba di rumah"

"Lalu kenapa kau tidak menghubungiku?"

"Kenapa aku harus menghubungimu???"

Sarawat mengerutkan alisnya

"Ok ok. Maaf karena tidak mengabarimu. Aku sibuk main game. Jangan marah na~ kalau kau marah siapa yang akan membelikan aku makan. Hm" manis Tine sambil menggenggam kedua tangan Sarawat

"Apa aku sungguh hanya food court berjalan bagimu?" terdengar nada kesal dari Sarawat

"Tidaaak. Tentu saja tidak. Kau adalah pria terbaikku, aku tidak akan bisa menemukan pria sebaik dirimu" rayu Tine sambil menyandarkan kepalanya di dada Sarawat

Sarawat mengalihkan pandangannya, bagaimana bisa dia kesal berlama-lama jika Tine selalu bersikap manis seperti sekarang

"Wat~ maafkan aku na~ aku tidak akan ulangi lagi" puppy eyes Tine

"Apa kau sedang menggunakan puppy eyes padaku?" Sarawat mengernyit

"Kau yang mengajarkannya padaku. Apa tidak berhasil?" Tine lalu berdiri tegak sambil memijat pelipis matanya

Kedua tangan Sarawat terulur meraih tangan Tine yang tengah memijat pelipis matanya

Tine menatap Sarawat dengan polos

"Kau tidak perlu melakukan puppy eyes untuk membujukku. Hanya dengan suara manis mu, aku sudah tidak bisa marah padamu" senyum Sarawat dengan suaranya yang lembut tapi jantan

Tine tersenyum lebar. Dia merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa menjinakkan Sarawat di saat tidak ada yang bisa menjinakkannya.

"Iyaaa~" sahut Tine

Sarawat mengelus rambut Tine

"Apa yang akan kau lakukan hari ini? Kemarin kau bolos, sekarang bolos lagi"

"Kau juga. Bagaimana kalau kau membelikan aku makan? Aku lapar" nyengir Tine

"Apa kau tidak sarapan?"

"Sarapan. Tapi aku sekarang lapar" ujar Tine sambil mengelus perutnya

Tangan Sarawat bergerak ikut mengelus perut Tine

at the Beginning of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang