"Wat, Tante sedang membuat makan malam untuk kita"
"Itu cukup untuk memberi kita waktu melakukannya" Sarawat mulai mencium leher Tine
"Wat" Tine mencoba mendorong bahu Sarawat
Sarawat menyesap aroma tubuh Tine sambil meninggalkan jejak merah di lehernya
"Wat, cukup"
"Tidak" tangan Sarawat menelusup ke dalam kaos Tine
"Wat! Hentikan" panik Tine
Tangan Sarawat yang ada dalam kaos Tine akhirnya menuntaskan keinginannya dalam meremas dada Tine
"Sarawat!?" Tine benar-benar panik kali ini
Sarawat membawa bibirnya turun ke dada Tine yang terekspos karena ulah nakal tangannya
"Saraw............." Mama membuka pintu penuh sukacita
Tine dan Sarawat mematung seketika
"Ehem. Sepertinya Mama datang di waktu yang tidak seharusnya" canggung Mama berdiri di ambang pintu
"Ada apa? Ohh kalian sedang melakukannya" tenang Papa lalu menutup mata Mama
"Teruskan. Kalian bisa makan malam nanti, selesaikan dulu urusan kalian" ujar Papa lalu menutup pintu
"Tine? Kau tidak apa?" bingung Sarawat saat melihat Tine tidak bereaksi apapun
"Oi!" Sarawat terjungkal terjatuh dari ranjang dan berakhir meringkuk di lantai sambil memegang perutnya
"Aish!" Tine menyisir rambutnya ke belakang dengan kesal
Ingin rasanya dia memaki dengan keras tapi ditahannya karena ini bukan rumahnya
"Tine" ringis Sarawat
"Sakit?! Apa itu sakit?! Tentu saja! Kau harus merasakannya! Dasar mesum. Apa di otakmu hanya ada itu saja?!" sungut Tine mengomel
"Kenapa kau kejam sekali?" Sarawat berbaring telentang sambil mengelus perutnya
Tine berdiri di atas ranjang Sarawat sambil berkacak pinggang
"Hentikan. Kau tidak perlu berpura-pura sakit segitunya, aku hanya menendang perutmu pelan!"
"Tapi kau menendang di mana ayahmu memukulku"
"Jangan berlebihan. Ayo bangun, kita makan" Tine melompat turun dari ranjang
"Tidak" Sarawat kembali meringkuk
"Apa???"
"Aku tidak mau makan" rajuk Sarawat
"Wah! Apa kau sedang merajuk padaku?" heran Tine
"Tidak"
"Wat, kau bukan bocah lagi"
Sarawat tidak menyahut
"Wat"
Sarawat masih tidak menyahut
"Kenapa kau kekanakan dan manja sekali padaku??"
Sarawat kembali telentang
"Karena aku mencintaimu"
Tine terkesiap
"Kau pikir aku pernah bersikap seperti ini pada Nene? Tidak. Aku hanya bersikap seperti ini padamu. Karena aku mencintaimu, Tine" tulus Sarawat
"Kau tahu, semakin sering kata cinta diungkapkan maka artinya akan hilang" lurus Tine
Sarawat terdiam dengan tatapannya yang lurus tertuju pada Tine
"Kau tahu, semakin sering kata cinta keluar dari mulutku maka akan semakin jelas siapa pemilik hatiku"
KAMU SEDANG MEMBACA
at the Beginning of Our Story
أدب الهواةBerdasarkan kemampuan imajinasi ©EROppa