Our Story - 24

4.9K 452 33
                                    

Tine membuka matanya perlahan

"Bagaimana keadaanmu?" tegur Sarawat sambil mengelus rambut Tine

"Mengerikan" Tine memicingkan matanya dengan kesal

Sarawat tersenyum simpul lalu mengecup puncak kepala Tine

"Aku sudah siapkan air hangat untukmu mandi, apa kau bisa jalan?"

"Kau bercanda?!" kesal Tine

Sarawat mengerjap-ngerjapkan matanya seolah tidak mengerti

"Gara-gara siapa aku jadi seperti ini?! Dan lagi, kenapa kau bersikap seperti seorang bajingan semalam?!" sungut Tine

Sarawat mengendikkan bahunya tanpa dosa lalu membantu Tine untuk duduk

"Sakit, sakit. Aku bilang SAKIT!!" Tine menjambak rambut Sarawat

Sarawat hanya meringis merasakan rambutnya dijambak

"Sakit!" sungut Tine mendelik

"Mau aku gendong untuk ke kamar mandi?" lembut Sarawat

Tine menggembungkan pipinya

"Tidak" Tine menurunkan kakinya

Sarawat memperhatikan Tine dalam diam

"Ayo" Sarawat membawa tangan Tine melingkar di bahunya, membantu Tine untuk beranjak ke kamar mandi

.

.

Tok! Tok!

"Tine, apa kau bisa mandi sendiri?"

"Kau pikir berapa usiaku?!" omel Tine

Sarawat menyandarkan tubuhnya di samping pintu kamar mandi, menunggu Tine mandi

"Wat"

"Iya?"

"Aku lapar"

"Apa yang ingin kau makan?"

"Ayam teriyaki, kentang goreng dan cola"

"Akan aku belikan, tapi selesaikan dulu mandi mu"

"Aku ingin makan saat aku selesai mandi, Wat~"

"Hhaaah apa kau yakin baik-baik saja aku tinggal?"

"Iyaaa. Aku lapar, Wat~"

"Ok ok. Aku pergi" Sarawat beranjak pergi

.

.

20 menit kemudian

Sarawat kembali dari membeli makanan untuk Tine

"Tine!" seru Sarawat saat memasuki apartemen

"Kenapa kau teriak-teriak?" heran Tine menuruni tangga dengan hati-hati

Sarawat bergegas menghampiri Tine dan membantunya menuruni tangga

"Pelan-pelan. Seharusnya kau tetap di atas saja, biar aku yang naik"

"Apa kau pikir aku setua itu sampai tidak bisa naik-turun tangga?!" omel Tine

"Bukan begitu, Tine. Aku hanya mengkhawatirkanmu" lembut Sarawat

Sarawat membantu Tine untuk duduk di kursi meja makan, lalu dia menyiapkan makanan

"Setelah makan jangan lupa minum obat pereda nyeri"

"Iya" ngambek Tine

Sarawat tersenyum lalu mengacak gemas rambut Tine

"Kau tidak makan?" heran Tine

at the Beginning of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang