Our Story - 10

4.9K 520 34
                                    

"Tine?" Sarawat menopang tubuhnya dengan kedua sikunya

Tine merangkak di atas tubuh Sarawat

"Bukankah kau ingin menyentuhku? Tapi sebelum itu terjadi, biarkan aku menyentuhmu lebih dulu" lurus Tine

Tine merendahkan tubuhnya, mendekati bibir Sarawat

Sarawat masih membelalakkan matanya tidak percaya

Jari telunjuk Sarawat menyentuh bibir Tine

Tine menghentikan gerakannya

"Tubuhmu gemetar. Jangan memaksakan diri. Aku tidak menginginkan ini darimu, Tine" senyum tulus Sarawat

Tine langsung menjatuhkan tubuhnya dengan kepala di dada Sarawat

Sarawat mengelus rambut Tine penuh kasih

"Maaf" lirih Tine

"Tidak apa. Aku yang salah, tidak seharusnya aku memaksamu untuk segera menjawab perasaanku. Maafkan aku na" Sarawat mengecup puncak kepala Tine

"Oi!" Tine menyentuh kepalanya dengan kaget

"Siapa yang mengijinkanmu mencium kepalaku?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin melakukannya" santai Sarawat

"Wat, kau benar-benar sudah bersikap sesuka hati. Kau sudah keterlaluan" Tine beranjak

"Oi! Lepaskan aku"

Tangan Sarawat memeluk erat pinggang Tine, membuat Tine tidak bisa beranjak dari atas tubuhnya

"Wat, lepaskan aku" Tine masih berusaha bangkit

"Berhenti bergerak atau kau akan membangunkan naga"

"Membangunkan naga???"

Sarawat melirik bawah pinggangnya, Tine mengikuti arah pandang Sarawat

"Sialan kau, Wat" geram Tine

"Lepaskan aku!" berontak Tine

Sarawat tertawa melihat bagaimana Tine berusaha lepas dari pelukannya

"SARALEO!!"

.

.

.

.

.

"Makan yang banyak, nak Sarawat" ramah ibu

"Iya" sopan Sarawat

Saat ini Sarawat masih di rumah Tine dan makan malam bersama ibu

Tine tampak komat-kamit tidak jelas melihat betapa sopan Sarawat di depan ibunya

"Aish!" Ibu memukul kepala Tine

"Ibu! Kenapa ibu memukul kepalaku?" protes Tine

"Kenapa kau tidak bisa seperti nak Sarawat? Lihat, dia begitu sopan dan makan dengan lahap, tidak sepertimu. Ditambah lagi, nak Sarawat juga sangat tampan" omel ibu

"Ibu!" nanar Tine

Sarawat tersenyum melihat ibu mengomeli Tine

"Jika sempat, aku akan mengajak Tine ke rumah untuk bertemu orang tuaku" senyum Sarawat

"Bagus" "Tidak!"

Ibu dan Tine bertukar pandang

"Aish! Anak nakal. Apa kau ingin ibu memukul pantatmu?" gertak ibu dengan gemas

"Ibu, jangan bawa-bawa pantat. Aku sedikit sensitif akhir-akhir ini jika pantatku di sebut-sebut" gerutu Tine

"Apa? Kenapa??" bingung ibu

at the Beginning of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang