"Aku ingin kalian melakukan sesuatu untukku" serius Olive dengan gaya angkuhnya
"Apa?" sahut seorang pria
"Aku ingin kalian menghabisi Sarawat, mahasiswa fakultas olahraga"
"Kenapa Sarawat? Kenapa bukan Tine? Dia sudah memukul wajahku karena mengira bahwa aku memaksamu untuk ikut denganku!"
"Phuak! Tidak bisakah kau menurut saja?! Lagipula aku membayarmu di sini, aku tidak meminta secara cuma-cuma!" arogan Olive
"Ok ok! Sampai separah apa aku harus menghajar Sarawat?!"
"Kirim dia ke rumah sakit agar aku memiliki waktu untuk mendekati Tine" seringai licik Olive
"Kalau saja Tine tahu wanita seperti apa kau sebenarnya" Phuak menggelengkan kepalanya
"Dia tahu. Dan seharusnya dia tidak menolakku dan lebih memilih orang lain"
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Tine" senyum Olive
Tine dan Sarawat baru saja tiba di parkiran kampus, keduanya lalu bertukar pandang
"Apa kau sungguh akan melakukan ini?" Tine mengernyit kesal
"Melakukan apa?" sahut Olive
"Jangan berpura-pura polos Olive, aku tahu wanita seperti apa kau" geram Tine
Olive akhirnya menatap angkuh ke arah Tine, senyumnya hilang
"Apa kau pikir aku lupa dengan apa yang kau lakukan padaku dulu? Tidak" lanjut Tine
"Aku juga tidak ingin kau lupa. Ditambah sekarang, kau lebih memilih Sarawat daripada aku. Kau pikir aku akan bersikap lembut? Tidak" balas Olive
"Aku tahu" Tine lalu menggandeng tangan Sarawat untuk meninggalkan area parkir
"Kita lihat, apa kau bisa melindungi priamu. Tine" geram Olive
.
.
.
"Tine, kau tidak apa?" khawatir Sarawat
Tine jatuh berjongkok
"Tine!" panik Sarawat
"Kau tidak apa, Tine? Apa perlu kita cuti saja hari ini?"
"Seharusnya aku tidak melindunginya waktu dia bersama anak teknik" tubuh Tine gemetar dengan kepalanya yang tertunduk