Tampak Sarawat sibuk dengan laptopnya, dia sesekali melirik ke arah Tine yang sibuk dengan ponselnya
"Dengan siapa kau berkirim pesan?" ujar Sarawat akhirnya setelah meyakinkan dirinya selama tiga jam untuk tidak bertanya
"Teman" sahut Tine tanpa melepas pandangannya dari ponsel
"Teman siapa? Teman yang mana? Apa aku tahu?"
Tine akhirnya menoleh dan mengernyit
"Kenapa kau banyak tanya??"
"Karena aku sedang mengejarmu, ingat?"
"Tentu aku ingat. Aku hanya tidak menyangka bahwa kau akan banyak tanya"
"Aku tipe posesif"
"Tidak. Kau hanya terobsesi padaku"
"Tidak suka?"
"Suka" nyengir Tine lalu meletakkan ponselnya dan menghampiri Sarawat
"Apa yang sedang kau kerjakan?" Tine duduk di samping Sarawat sambil menyandarkan kepalanya
"Ini dan itu, kau tidak akan mengerti"
"Ck"
Sarawat tersenyum simpul dan kembali fokus pada laptopnya
"Wat"
"Hm?"
"Aku lapar"
"Ini baru tiga jam sejak kau sarapan" Sarawat mengernyit
"Kalau begitu belikan aku camilan na~" manja Tine
Sarawat tidak menyahut
"Wat~"
"Sebentar, Tine. Beri aku 15 menit, biarkan aku menyelesaikan tugasku dulu"
Tine mengerucutkan bibirnya dan beranjak dari ranjang Sarawat
Sarawat menoleh dan menghela napas
"Aku belikan sekarang" Sarawat menutup laptopnya
Tine nyengir lebar. Sarawat tidak pernah mengecewakannya.
Sarawat akhirnya meninggalkan kamar asrama
Tine kembali merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar
Matanya lalu jatuh pada laci nakas di mana Sarawat biasa menyimpan buku catatannya
Tine bangkit dan melihat ke arah pintu, memastikan bahwa tidak ada tanda-tanda kedatangan Sarawat
Tine lalu membuka laci dan benar, ada buku catatan Sarawat di sana
Dia mengambil dan membuka halaman terakhir
Seandainya kau tahu
Betapa
Ku sangat inginkan dirimu
Seandainya kau tahu
Apa yangAda di dalam isi hatiku
Akankah bisa ku katakan
Rasa cinta dalam hatiku
Dan apakah bisa ku nyatakan
Bahwa kaulah yang terindahUntukku
Masih disini menantimu
Berharap kau akan memikirkanku
Masih disini menunggumu
Menanti jawaban atas cintaku(Lirik by Ungu - Disini Untukmu)
Catatan yang Sarawat katakan sebagai kalimat puitis terakhir yang dia tujukan pada Tine. Tidak akan ada lagi kalimat puitis lainnya.
Tine mengelus buku itu dengan bimbang
Hatinya jelas terasa hangat saat tahu bahwa semua kalimat puitis yang ada di setiap halaman tercipta khusus untuknya
KAMU SEDANG MEMBACA
at the Beginning of Our Story
FanfictionBerdasarkan kemampuan imajinasi ©EROppa