#2 Tanjung selatan

193 104 39
                                    

Jadi, jika kau belum paham soal kemampuan Afra: dia dapat mengetahui seseorang itu kriminal atau bukan hanya dengan melihat bagian kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, jika kau belum paham soal kemampuan Afra: dia dapat mengetahui seseorang itu kriminal atau bukan hanya dengan melihat bagian kepalanya. Jika kau lewat di depannya dan memiliki topeng gaib, itu berarti kau penjahat yang harus dilaporkan ke polisi, entah kejahatanmu terang-terangan atau di belakang layar.

Karena dulu Afra sering menangis ketika pertama kali punya kemampuan ini, maka aku mengambil sebagian besar kekuatannya, sehingga dia punya durasi pengelihatan yang lebih singkat dibanding ketika aku menguasai tubuhnya.

Ini sebenarnya bagus. Seperti kata Ibu pada zaman dulu sebelum Walikota Brandit memusnahkan "Pemantau", orang seperti Afra bekerjasama dengan kepolisian untuk mengentaskan kejahatan.

Seperti film superhero, kan?

Tapi aku menolak istilah itu karena jelas-jelas tak berlaku lagi, sekarang.

Jika Afra begitu, yang ada dia sendiri akan gepeng dilindas perusahaan ilegal atau diinjak segerombolan orang yang penuh kebencian.

Selepas shalat maghrib, Afra, Rayyan dan Kujan menukarkan kupon makan di kantin SMA Madani.

Kantinnya berupa halaman terbuka dengan beberapa kursi dan lampu taman. Menghadap ke danau, angin malam bertiup lembut melalui atap kaca yang dapat dibuka-tutup.

"Gak apa-apa, Afra, kita tidak tahu kalau belum mencoba, kan?" kata Rayyan ketika mereka mencari kursi setelah mengantri di pantry.

Afra yang agak di belakangnya hanya terdiam. Dari matanya ia mencari-cari kepalsuan dari senyum itu, sementara pikirannya memutarbalik apa yang kakaknya katakan. Astagfirullaah.

"Nah, benar sekali, Af, kau keren, kok," Kujan menimpali. "Omong-omong, kau tahu dari mana kalo kriminalitas bisa dikategorikan seperti itu?"

Karena dia punya kemampuan unik dan kalian tak akan mempercayainya. Kalian hanya akan mendengus dan berkomentar seperti juri itu.

"Yah.., bisa dilihat sendiri." Mereka berbelok mengikuti jalan setapak.

"Dilihat—maksudmu? Kau bisa melihat orang jahat?"

Mata Afra membesar. Kujan gak mungkin tahu, kan? Dia asal menebak, atau benar-benar tahu?, batinnya. "Bukannya orang-orang jahat memang terlihat? Gedung tertinggi di Utara menurutku sudah adalah jawaban yang jelas."

"Tapi—"

"Nyaris setiap hari kami melihat gedung-gedung itu karena kami tinggal dekat sungai Kautsar, Jan, lupa ya?" kata Rayyan.

Afra menghela. Yang ia inginkan adalah ditinggal sendiri atau pulang karena ia keberatan untuk memaksakan ceria setelah kekalahan mading itu. Padahal Kujan baik dan sudah beberapa kali main ke rumah.

Mereka mengobrol sesuatu yang tidak Afra ikuti. Pandangannya menjelajah ke langit, kemudian pada orang-orang yang tertawa dan sibuk mengagumi danau yang memantulkan awan malam.

THE GREY AFRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang