#8 Habis hujan

112 75 36
                                    

Rumah itu gelap dan berbau kayu seperti rumah lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah itu gelap dan berbau kayu seperti rumah lama. Nick berusaha menyalakan beberapa lampu, sementara Afra berlari ke dapur untuk menadah bocoran.

Benar saja atapnya yang bolong sudah berkreasi sendiri dengan menciptakan air terjun kecil ke lantai. Mendekat untuk memberi baskom, kaki Afra semakin ditelan air hingga mencapai bawah mata kakinya.

Ia menengadah dan melihat lubang yang terus bocor non stop. Hujan semakin deras dan masih jauh tanda-tanda berhentinya. Ia bertanya-tanya apakah rumah ini akan selamat sampai reda nanti.

Nick tiba-tiba di sebelahnya dan ikut melihat. "Dia tidak akan berhenti," katanya. "Sepertinya karena genteng. Coba aku ke atas."

Afra menarik ujung jaketnya yang menjauh begitu cepat. "Ke atas? Kau mau disamber petir?"

"Aku mau mengecek, bukan mau disambar petir."

"Maksudnya—kau bisa disambar petir seperti pohon itu!"

Kepala Nick sedikit miring dan bibirnya tersenyum tipis. Alis Afra berkedut melihat reaksinya. Maksudnya?

"Tenang, ini cuma sebentar."

Nick melepas jaketnya, melipat lengan kemeja, lalu pergi keluar. Afra mengikuti, tidak bisa menahan diri untuk berjinjit dan melihat Nick yang begitu mulus naik ke atas bangunan reyot ini.

Di belakang Afra, petir menyambar-nyambar. Lapangan kosong itu seakan menjadi arena awan untuk saling beradu dan memercikkan api.., karenanya hatinya tak berhenti untuk berdoa.

Petir itu bisa saja kemari. Ya Allah, janganlah jadikan hujan ini sebagai sumber bencana.

Afra terus melihat ke atas meskipun hujan menusuk wajah dan matanya. Entah kenapa, air lain yang lebih panas kemudian mengalir dari matanya.

Aku merasakan pikirannya memutar ingatan. Ia ingat ketika Nick menyembunyikannya di lemari ketika Mr Sinathrya mencari sambil membawa sapu lidi untuk memukulnya.

Hanya karena tak sengaja menumpahkan teh di depan tamu. Senyum ayahnya lantas terbakar menjadi monster menakutkan. Waktu itu ayahnya mencari-cari, berteriak, bahkan Nick nyaris kena pukul karena bilang tidak tahu keberadaannya.

Setelah itu Nick mengamankan Afra di kamar pelayan wanita sampai mood ayahnya kembali.

"Afra, coba cek dapurnya!" kata Nick dari atas.

"Eh, iya!" Afra berlari ke dalam, langkahnya yang terburu meninggalkan bunyi dug dug di lantai.

Ternyata benar, lubang air terjun itu tidak seganas sebelumnya. Ketika hendak berbalik, ia terkesiap karena Nick sudah ada di belakangnya.

Jantungnya berlarian, antara kaget atau karena Nick. Melihatnya, separuh bibir Nick tertarik membentuk lesung seakan merasa terhibur, kemudian ekspresinya perlahan menjadi curiga.

THE GREY AFRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang