Harry Bloom tampak... marah.
Aku dapat melihat topeng kriminalnya yang membumbung cukup tinggi, tapi tidak terlalu gelap. Matanya lurus ke arahku melalui pantulan spion meskipun kaca mobil ini antispy.
Jemariku meremas kemudi. Apakah kita harus berpura-pura tersesat? Sedang berselingkuh di tepi danau? Aku meliriknya lagi yang melangkah mendekat. Ujung jempolnya berusah mengikir cat Palisade dengan kuku yang panjang.
Jantungku berdetak lebih cepat. "Ayo keluar."
"Kita harus menyusun rencana dulu. Kukira sebaiknya kita pura-pura sedang berkencan saja."
"Tidak, kita katakan yang sebenarnya."
Parker melirikku dengan tatapan ini-konsekuensi-yang-besar-sadar-gak-sih.
"Kita membutuhkan informasi darinya, dan kurasa tidak bagus jika kita sendiri menyembunyikan."
Dia mendengus. "Ide bagus. Kau punya rencana B?" Aku terdiam, mataku berpindah ke kanan-kiri memikirkannya. "Aku akan berjaga-jaga, siapa tahu dia menjadi beringas seperti di Chessnut tadi." Dia melirikku. "Tapi tolong kau jangan marah dengan apapun teknik penyelamatanku, nanti."
Aku mengangguk. Setelah menarik nafas, aku menarik engsel dan mendorong pintu ke luar.
Pertama yang kudengar adalah suara kodok dan jangkrik yang bersahut-sahutan, kemudian semilir angin bertiup. Laki-laki itu sekitar empat meter di depanku, berdiri tegap dengan tangan mengepal. Entah dingin atau aura Harry yang membuatku bergidik.
Karena Parker berada di sisi lain, ia perlu berlari kecil dulu sampai bisa berada di sampingku.
Dia diam dulu, memandangku dengan matanya yang besar sampai aku mencengkeram saku mantel untuk memastikan tidak ada satu pun pakaianku yang tanggal. Pandangannya kemudian beralih pada Parker. Dia mendengus.
"Mr Parker," katanya. Suaranya terdengar sepuluh tahun lebih tua, padahal umurnya mungkin sekitar 28 tahun. "Kau berkencan dengan anak dibawah umur di tempat ini?"
Kami tak membalas karena dia berjalan pelan ke samping dengan mulut membuka, seolah belum selesai bicara.
"Jika kau tanya, tentu aku dan banyak orang di Utara tidak pernah melupakan sekretaris eksekutif sang Eliminated." Srak! Sepatunya dientakkan ke tanah berumput. "Kau tidak ikut campur dalam kasusnya, kan?"
Kasus... maksudnya, Harry menuduh Parker salah satu dalang dibalik tertangkapnya Nick? Aku melirik ke sisi kanan untuk melihatnya, tapi dia diluar jangkauan pengelihatanku.
"Harry Bloom, kami datang bukan untuk membuat kekacauan."
Suaraku membuatnya berbalik menghadapku. "Kekacauan? Ah, apakah adik kecil ini disuruh Mr Parker untuk menyaksikan betapa beringasnya Harry Bloom?"
"Dengar, kami mempercayai omonganmu. Kita berada pada posisi yang sama."
Harry tertawa. Mulutnya terbuka besar seperti saat ia berteriak di Chessnut tadi. Suaranya menggaung mengalahkan sahutan kodok dan jangkrik, tapi tak juga terlalu besar untuk menarik perhatian penjaga.
"Lelucon macam apa ini, Adik Kecil? Kau pikir aku akan percaya begitu saja?" Dia melangkah mendekat sambil terus melotot. "Kau pikir ada berapa orang yang sudah bilang begitu?"
Kami tidak bersuara. Kepalan tanganku di dalam saku mantel mengeras. "Kami datang untuk bernegosiasi. Jika memang niat kami jahat, sudah seharusnya sejak tadi kami langsung menangkapmu."
Harry mendengus. "Kau pikir benar-benar bisa menangkapku? Tidakkah aksi kaburku hari ini cukup jadi bukti orang-orang berkuasa tak semudah itu menguasaiku?"
Aku memutar otak. Sejak gaya bicaranya di Chessnut, bagaimana dia berteriak dan menarik semua perhatian massa, dia sama sekali tidak takut, dan sekarang ia tidak ingin siapapun mengontrolnya. Apakah dia tipe orang yang agresif dan selalu ingin berkuasa?
Orang seperti ini tak akan mudah memberi ketika diminta. Tapi kapan lagi aku akan bertemu dengannya? Bahkan, apakah setelah ini aku bisa menemuinya?
Aku mengeritkan gigi. Mundur, Mulan, dia tidak akan memberi. Tapi melihatnya disini seperti menyaksikan kunci berharga dari sebuah pintu yang mengarahkan pada kebahagiaan Afra sesungguhnya.
"Mr Harry, aku hanya ingin mengklarifikasi beberapa informasi tanpa ada niat menguasai-"
"Kalau begitu kenapa kau bersama mantan Sektif yang terhormat kemari, hm?" Dagunya menunjuk Parker. "Jangan beraninya bicara omong kosong padaku, Dik," geramnya. "Aku tahu kalian siapa. Dan segala bentuk negosiasi sok suci ini membuatku mual. Sekarang, pergi."
"Bagaimana kalau aku anak Mr Sinathrya?"
"Anak Mr Sina?" Dia terbahak lagi, lalu mendadak memelototiku hingga rasanya menembus kepalaku. "Kau pikir aku akan percaya? Dasar bodoh! Pergi!"
"Aku tidak bohong! Aku Afra Mulan Annisa Sinathrya!"
Dia mendekatiku begitu cepat dan memukul atap Palisade. Nafasku tertahan. Parker sudah maju untuk mengantisipasi, tapi ketika dia hanya memelototiku dengan rahang mengeras dan nafas memburu, Parker menunggu aba-aba.
Rayyan. Kenapa orang ini selalu mengingatkanku pada Rayyan. Pada teriakan, mata merah, dan segala kekasaran dari laki-laki untuk perempuan yang lebih lemah.
"Kau ingin mati, hah?" geramnya.
Aku melirik tangannya yang terkepal di atap mobil. Ototnya yang besar akan membunuhku ketika dia memutuskan untuk meremas leherku. Tidak di Utara, di Selatan, semuanya sama saja. Orang yang kuat memang selalu menindas dan semena-mena.
Itulah kenapa aku pun harus berkuasa. Aku pun harus dapat melawan, karena aku tidak bisa membiarkan Afra terus tertindas seperti ini.
"Aku mengatakan kebenaran," kataku. Mataku menatapnya sungguh-sungguh. "Dan aku tak akan menarik ucapanku."
Geramannya membesar. Satu tangannya yang kosong menarik kerah bajuku, dan di saat yang sama Parker mengeluarkan pistol dan siap menekan pelatuk.
Besi dingin yang tertempel di dahinya menyadarkan Harry. Karenanya, ia melirik Parker dan tertawa seperti orang gila. "Lihat anjing yang sangat setia ini! Sekali anjing tetap menjadi anjing!"
Aku melepaskan tangannya dan mundur beberapa langkah bersama Parker. Harry berdiri dengan tangan mengepal di kedua sisi seperti monster yang siap meledak.
"Kau mau bermain? Baiklah!" Dia tertawa lagi.
Mundur. Seharusnya aku mundur sejak tadi. Tapi masalahnya adalah kapan lagi aku akan menemukannya? Logikaku mulai menyalakan tanda peringatan, tapi bagaimana dengan menjadi Supreme? Harry benar-benar suatu peluang besar yang tidak bisa disia-siakan!
Harry mengeluarkan besi berkilat dari balik jasnya. Dia memainkan kedua pistol itu seperti sedang bertepuk tangan, lalu tersenyum lebar dan mengarahkannya padaku dan Parker.
"Aku dijuluki double-handgun monster, kau tahu?" Dia menjilat bibirnya. "Ucapkan selamat ting-"
Bruum!
Lampu lain membutakan pengelihatanku hingga berkunang-kunang. Mobil itu besar, dengan bemper mengilap yang sangat kuat seakan bisa meremukkan apa yang ditabraknya.
Ketika ia berbelok dan berhenti tepat di depan Volkswagen, baru aku dapat mengetahui itu Range Rover Evoke yang terbaru.
Pintu depan terbuka dengan mesin yang dibiarkan menyala, lalu Nick turun dan melihat sekitar.
Matanya bergerak cepat dari Harry, kemudian kedua pistolnya, kemudian kepadaku yang memandangnya kaget, baru terakhir ke Parker yang juga dalam posisi siap.
Mata ambernya kembali lagi padaku, dan aku tahu setelah ini dia akan mengomel, bahkan tak akan pernah membuka kartu aksesku.
"Har," katanya.
.
.
.
.
.
.
Letter for you! 🎁
Assalamu'alaikum, hai temann temann minal aidin wal faizin yaa mohon maaf lahir dan batinn, semoga ramadhan kmrn dpt menjadikan kita lebih baik dn istiqomahh 😁🙏
.
Maaf updatenya tersendat yaa kmrn aku bikin rincian plotnya dulu soalnya. Alhamdulillaah skrg udh bisa dilanjut meskipun rinciannya ada yg blm selesai juga 😑 doakan saja biar selesai juga yaa
.
Terimakasih sudah baca sampai sinii aku seneng banget 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GREY AFRA
Random[HIATUS] "Apa kau mau menderita dan tertindas lagi di tempat itu? Dunia ini membutuhkan kekayaan dan kekuasaan, Afra! Ini demi kebahagiaanmu!" . Alter-ego. Mulan adalah diriku yang lain. Apa jadinya jika dia mengambil alih tubuhku? Memaksakan defin...