#14 long-old agreement

41 15 7
                                    

Untuk queenzeey yang selalu penuh semangat dan mendorong dari belakang, juga pembaca lain yang diam-diam memperhatikan, terimakasih 😁 
Semoga cerita ini bermanfaat
.
.
.

Untuk queenzeey yang selalu penuh semangat dan mendorong dari belakang, juga pembaca lain yang diam-diam memperhatikan, terimakasih 😁  Semoga cerita ini bermanfaat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia ini pada dasarnya dipenuhi topeng.

Jika di Utara asap yang membumbung dari wajahmu adalak tolak ukur dosa dan kriminalitas, tempat-tempat terpencil seperti Selatan dan orang-orang seperti Afra menjadi badut padahal hatinya hancur.

Tapi di antara pilihan itu, ada orang-orang yang memiliki topeng untuk mendapat keduanya. Seperti Sofie yang rupanya sering mobilitas Utara—Madani bukan untuk magang di kepolisian, tapi mencari kesenangan karena keluarganya tak lebih dari sumber kekacauan.

Dia tahu banyak soal Utara. Lagipula, dari kata-kata Nick di kafe waktu itu pun ia bertemu Sofie pada zaman perselingkuhan terjadi.

Setidaknya tiga tahun sudah dia bermain kemari. Tapi ketika ditanya apakah dia juga terlibat menghambat informasi kejahatan dari Utara ke Madani, dia menolak dengan memandangku penuh kecewa, dan aku pun tak bisa segera menyimpulkan.

Pintu ruanganku terbuka dan Nick masuk. Di lengannya tersampir coat hitam yang tampak mahal, meninggalkan kemeja putih dan dasi yang agak longgar menghiasi perawakannya yang proposional.

Dia sangat tampan, kau tahu. Tapi aku harus bagaimana? Karena sebagai Mulan yang cuma alter-ego, aku tidak dirancang memiliki ketertarikan khusus secara romantis.

Yang berputar dalam benakku adalah puncak Chessnut yang berkilauan itu. Bagaimana aku akan menguasainya... sketsa rencana yang terbayang dalam pikiranku bergemuruh, dan kenyataan besok malam aku akan mengunjunginya membuatku semakin tidak sabar.

"Dingin," dia menyampirkan coat-nya di bahuku, lalu berdiri di samping. "Kau masih waras, kan?"

Aku nyaris bilang dia sangat baik, tapi anggapan itu terbakar ketika tangannya menepuk-nepuk jidatku seakan aku sakit jiwa.

"Hei, singkirkan tanganmu!" Aku menepisnya.

"No offense. Cuma ingin memastikan." Sudut bibirnya terangkat.

"Kau yang harus mengecek diri sendiri!" Dasar tidak sopan. Tapi lupakanlah harapan dia akan merasa bersalah. Yang ada senyumnya malah bertambah lebar seperti mau mendengus.

Apakah aku akan sangat membutuhkan Nick? Sepertinya? Di samping itu, gelagat Afra yang selalu seperti jeli jika berada di dekatnya membuatku harus mencari tahu dan memahami... jadi sepertinya aku harus meneruskan hubungan ini.

"Lihat dirimu," katanya. "Aku tidak percaya kau akhrinya memutuskan ke Utara. Terakhir kali kuajak kau mendorongku sambil marah-marah."

Aku menghela kasar. "Penjelasannya sama seperti saat kuberitahu Sofie, tadi."

THE GREY AFRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang