#21 - bransburry suite

17 5 0
                                    

Harry terbengong melihat Nick. Beberapa detik kemudian, ia baru sadar namanya terpanggil. "Nick? ****, apa yang kau lakukan disini?"

Nick mendekatinya. Dalam keremangan cahaya matanya seperti bersinar. Rambutnya agak berantakan seperti habis keramas, dan ia hanya mengenakan kaus dan parka hitam. Dia sudah membersihkan diri sebelum akhirnya meneleponku.

"Maaf menginterupsimu, tapi aku harus menjemput gadis itu." Kepalanya miring ke arahku.

"****, apa hubunganmu dengan anak kecil ini?" Dia menurunkan pistolnya dan berkacak pinggang. "Dia anakmu, hah?"

"Bukan," suaranya benar-benar kalem. "Siapapun dia, dia bukan orang jahat. Percayalah padaku."

"****, kau harus tahu apa yang dia lakukan! Dia menguntitku berjam-jam bersama anjingmu yang sekarang punya majikan baru ini!"

"Ya. Aku benar-benar minta maaf karena kecolongan mengawasinya. Dia belum lama disini."

Di sudut pengelihatanku, Parker akhirnya menurunkan pistol. Dia menghela panjang sambil mengusap wajah.

Cukup lama Harry berkacak pinggang dan marah-marah, sementara Nick dengan lihainya menempatkan diri di posisi lebih rendah, sekalipun keakraban mereka menunjukkan Nick pernah menjadi bosnya.

Beberapa lama kemudian, Harry memasukkan pistolnya kembali ke saku celana. Dia memandangku tajam, kemudian berbalik dan membanting pintu mobil.

"Semangat, kau hebat hari ini," kata Parker sambil menepuk pundakku dua kali. Dia tersenyum masam, lalu kembali ke Palisade.

Kedua mobil itu berderum, kemudian mulai mundur perlahan. Nick juga naik ke mobil tanpa melihatku, tapi aku tahu apa maksudnya.

Untuk terakhir kalinya, aku memandang Volkswagen Harry yang sudah keluar ke jalanan komplek. Bannya berdecit ketika berbelok, lalu melesat seperti kesetanan.

Tindakan ngototku pada Harry yang seperti bulldog liar memang salah. Seharusnya aku mengikuti sirine peringatan pertama dari pikiranku. Hanya saja, aku benar-benar tak bisa melepaskan kesempatan seperti itu. Kapan aku bisa bertemu lagi dengannya?

Aku berjalan menuju Range Rover, lalu melihat Nick sebelum naik ke sampingnya.

Pandangannya lurus ke depan. Cahaya remang dari lampu Range Rover membentuk bayangan yang tegas di rahang dan kantung mata dibawah ambernya. Lagi-lagi dia seperti belum tidur sejak terakhir bertemu.

Jika kami pulang ketika matahari sudah terbit, itu berarti dua hari dia tidak tidur.

"Maaf," kataku.

Dia menunduk melirikku. "Naik." Matanya ke depan lagi.

Aku menurut.

Hanya ada suara mesin ketika kami mulai berangkat. Untuk terakhir kalinya, aku melirik rumah Harry yang semakin mengecil di belakang sana. Dari atap, mataku turun ke pagarnya, dan aku baru sadar ada SUV putih di depannya. Lampunya menyala.

Siapa?

...

Beep.

Pintu terbuka, lalu lampu-lampu menyala. Aku mengedarkan pandang ke seluruh sudut Bransburry Suite, salah satu apartemen besar di Utara yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Sideville.

Ada ruang utama yang besar dengan sofa, kemudian dapur di ujungnya. Apartemen ini seperti menggambarkan Nick, simpel dengan nuansa warna-warna kalem, tapi nyata kemahalan dan high quality dari setiap barangnya.

Ada dua pintu cokelat di bagian kanan dan kiri tembok ruang utama. Kamarku dan kamar Nick. Jika saja situasi sebelumnya normal, mungkin aku sudah mencelanya.

THE GREY AFRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang