Terakhir kali melihat Ayahnya, Mr Sinathrya dikelilingi oleh tepukan dan sorak kekaguman setelah memberikan status Med-Supreme pada tiga orang yang memenangkan turnamen kasinonya.
Hari itu semua media massa dipenuhi namanya. Sina menjadi kata yang paling banyak dicari di Lub Today, di sela-sela obrolan, atau di catatan mimpi anak-anak Utara.
Sorakan dan gelas yang beradu dimana-mana... kemudian ketika hendak memberi sambutan di acara pembukaan ulang tahun Utara, Lamborghini yang mengantarnya tak pernah sampai di lokasi.
Dor! Dor!
Mata Afra bergerak-gerak. Perlahahan, mulai masuk dalam telinganya sorakan yang sama seperti hari terakhir ia melihat Ayahnya.
Sinar terang membutakan matanya. Ketika menyesuaikan diri, ia melihat lapangan basket TS yang dipenuhi ratusan—tidak, mungkin ribuan anak dari segala kelas.
Ponsel-ponsel diangkat, jeruji pembatas didorong-dorong hingga menimbulkan suara trang! Trang! akibat semangat yang menggebu.
"Mari kita sambut pahlawan TS yang baru, Af—raa!" melalui toa seseorang bicara, kemudian disusul sorakan boo keras dari semua orang.
Afra masih duduk di kursi, kepalanya seperti berputar-putar dan menebak apakah ini mimpi atau bukan. Ketika perih menusuknya saat seseorang mengiris ikat tangannya dengan pisau, barulah ia sadar ini kenyataan.
Afra, sadarlah, tapi jangan panik. Tenang, aku akan mengeluarkanmu dari sini.
"Wow! akhirnya bangun pahlawan kita." Suara lain muncul, kemudian riuh suara merendah hingga hening tanpa bersisa bisikan sama sekali.
Dalam pandangan Afra, sepatu itu muncul lagi. Sepatu yang mendekat padanya saat mau pingsan dan sepatu yang juga mencegatnya dekat kafe tadi siang.
Ketika menengadah, pandangan Afra antara kunang-kunang dan senyum lebar Boy yang penuh kemenangan. "Halo, Pahlawan. Tidur nyenyak?"
Afra menunduk lagi, lalu Boy menarik kerudungnya hingga matanya berhadapan dengan Boy. "Kau tidak akan bisa menghindar hari ini, Pahlawan."
"Apa masalahnya, Boy, apa!"
"Kau tanya masalah, hah?" Boy menendang kursinya hingga Afra menjerit ketika terjatuh ke lantai. "Karenamu, TS MENJADI EJEKAN DI MADANI!"
"Itu karena kau sendiri yang terlalu sombong—"
Boy mencengkeram kemeja Afra, memaksanya berdiri. "Sombong? TAU APA KAU, HAH?"
Nafas Afra tercekat. Jantungnya berdetak terlalu cepat hingga ia tidak bisa bicara.
Kau tahu, aku bersumpah akan menghancurkan sekolah ini. Aku bersumpah akan memusnahkan setiap orang yang ada disini hingga menjadi debu.
Afra berusaha menahan nafasnya meskipun wajah Boy yang melotot itu begitu dekat. Ia berusaha menenangkan diri. Ia tahu ia akan habis di tempat ini, entah apakah Boy akan mengakhiri hidupnya, membuat cacat lengannya, dan itulah yang berusaha Afra pasrahkan.
Pada akhirnya aku akan mati, bukan? Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia berusaha keras menghalanginya.
"Boleh aku bicara?" bisik Afra.
Jangan katakan hal gak perlu yang membuatmu menderita, hei!
"Bolehkah aku—" ia menelan ludah, menarik nafas. "Bolehkah aku bicara untuk terakhir kalinya!"
Rahang Boy mengencang, lalu ia mendorong Afra. Ia berputar dan menenggak pada penonton. "Apakah kita akan membiarkan pahlawan ini bicara?!"
Seisi lapangan langsung ricuh. "TIDAK!" kata itu diucap berbarengan, lalu disusul komentar panjang berisi caci-maki lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GREY AFRA
Random[HIATUS] "Apa kau mau menderita dan tertindas lagi di tempat itu? Dunia ini membutuhkan kekayaan dan kekuasaan, Afra! Ini demi kebahagiaanmu!" . Alter-ego. Mulan adalah diriku yang lain. Apa jadinya jika dia mengambil alih tubuhku? Memaksakan defin...