#10 Blood

102 61 30
                                    

Afra meyakinkan dirinya, ia dan Nick cuma mantan sahabat kecil yang sering ketiduran bersama usai main masak-masakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Afra meyakinkan dirinya, ia dan Nick cuma mantan sahabat kecil yang sering ketiduran bersama usai main masak-masakan. Lalu, ada apa dengan emosi yang mendadak muncul ini? Ini panas yang sama ketika ia melihat ada wanita di Range Rover Nick, atau ketika ia menemukan Nick rupanya punya selingkuhan di luar sana.

Tunggu, nggak begitu. Afra menggeleng, berusaha mengurai emosinya. Ini kesal karena jejak-jejak dosa yang tertinggal, ini juga kesal pada diriku sendiri karena gagal melindunginya.

"Kak Sofie itu mantanmu?" tapi Afra tidak dapat menahan mulutnya.

Nick menatapnya. "Bukan."

"Lalu kenapa kalian seperti punya masa lalu," seharusnya nada suaranya menyiratkan pertanyaan.

"Kami pernah bertemu—"

"Tidak mungkin cuma bertemu kalau kau sampai ingat, kan?" Afra memicingkan matanya.

Nick diam dulu. Senyum tipis kemudian menarik bibirnya. "Aku senang kau cemburu."

"What, no way, aku cuma ingin kau jujur, paham, gak?"

Nick menghela. Ia menoleh ke belakang lagi, dan Afra pun mengikuti arah pandangnya. Di meja kasir, tampak Kujan yang tersenyum pada Afra, lalu senyumnya perlahan raib ketika beralih pada Nick.

Nick kembali menghadap Afra. "Apa kau akan bertanya cowok itu mantanku juga?" katanya.

Afra tak membalas. Alisnya masih sedikit menukik tidak suka. Ia yakin ada sesuatu antara Nick dan Sofie, tapi perubahan wajah Kujan lebih menarik perhatiannya.

Apakah mereka takut setelah melihat Nick membanting Rayyan? Meskipun Kujan berhati lembut dan tampak selalu menuruti keinginan gadis-gadis, ia bukan orang yang kabur jika diajak adu tinju dengan sesama cowok.

Karena meja kafe ini terbatas dan urutan Afra di paling pertama, mau tak mau Kujan dan Sofie harus melaluinya dulu.

Jadi, inilah teman-teman kampus yang lebih diutamakan Rayyan. Pikiran Afra melayang ketika Rayyan marah-marah menyuruhnya pergi ketika sedang dicek di klinik, tadi. Matanya yang semakin merah kembali melotot. Benar-benar seperti zombie yang bangkit dari kubur.

Nick sudah memelototi Rayyan seperti hendak memukulnya lagi, tapi Afra langsung bertindak dan itulah kenapa mereka bisa berpisah dengan Kujan dan Sofie.

"Em, hai, Afra!" Sofie tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa. Afra tahu Sofie hanya ingin membuat Afra lebih tenang. Well, tapi mana mungkin orang seperti Afra tenang setelah diusir sendiri kakak kandungnya, sekalipun mereka terus berperang dingin...

"Bagaimana kondisi terakhirnya, Kak?" kata Afra.

"Em..," alis Sofie bertautan.

"Rayyan baik-baik saja," Kujan ikut berhenti di samping meja Afra. "Tapi dia langsung pergi ke Madani lagi."

THE GREY AFRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang