Sudah satu bulan. Satu bulan yang terasa bagai setahun bagi Almira. Sean semakin gencar mengusiknya. Ada saja tingkah Sean yang membuatnya kesal. Seperti mengganggunya dengan menelfon berkali-kali di tengah malam. Sudah diblok malah dia ganti nomor baru. Beberapa kali datang ke tempat kerjanya saat Arkan tidak bisa datang karena sibuk dengan urusannya. Anehnya, Sean seperti tahu jadwal Arkan hingga ia selalu datang saat Arkan tak bisa datang. Dan disetiap pertemuan itu, mereka selalu saja berdebat. Dan sepertinya, Sean hanya seperti itu pada dirinya. Tujuan Sean benar-benar ingin mengganggunya.
Mira merasa, Sean seperti ada dimana saja. Bahkan malam ini, saat Mira pergi ke sebuah acara yang sayangnya tak bisa dengan Arkan karena bentrok dengan acara lain, ia melihat Sean dalam acara yang ia datangi. Berita baiknya, Sean masih belum melihatnya. Berita buruknya, Rere dan Naomi yang pergi bersamanya sudah menghilang entah kemana.
Melihat interaksi Sean dengan orang lain, pria itu terlihat seperti pria normal sungguhan. Dia bahkan hanya menampilkan senyuman tipis. Tidak tertawa jahat seperti saat bersamanya, atau memberi smirk, atau tersenyum menggoda. Tidak. Malam ini dari kejauhan, Mira tak melihat itu sama sekali dari sosok Sean. Pria itu terlihat ... Berwibawa.
"Almira."
Fokus Mira teralih ke arah pria bernetra coklat, salah satu model yang ia kenal bernama Nathan.
"Eh, Nat."
"Kamu sendirian?"
"Enggak. Dateng sama Rere, Naomi. Tapi gak tahu mereka kemana."
Nathan terkekeh seperti tahu kemana perginya dua sahabat Almira. "Seperti yang kamu lihat, di sini banyak laki-laki tipe ideal mereka. Ya pasti mereka lagi berburu."
Almira mengangguk setuju.
"Tapi biasanya kamu dateng sama Arkan."
"Dia juga lagi dateng ke acara temennya. Jadi gak bisa aku gandeng ke sini."
"Gandeng aku juga gak papa." Nathan mengedip jahil sebelah matanya. Mira hanya terkekeh mendapati itu karena ia tahu Nathan hanya bercanda. Nathan sudah mengetahui kalau Mira menjaga jarak dengan pria.
"Boleh aku temenin?"
"Kamu juga dateng sendirian?"
"Iyah. Memangnya aku punya siapa? Gak ada yang mau sama aku."
Mira mencebik mendengar Nathan merendahkan diri dengan maksud meninggi. Karena tentu yang mau sama Nathan banyak. Sampai ngantri. Pria itu saja yang pilih-pilih.
"Almira."
Oh tidak. Oh tidak. Suara itu. Tentu suara bariton itu sangat Mira kenali. Langkah dari arah belakang yang semakin dekat membuat Mira memejamkan matanya. Lagipula, bagaimana bisa Sean mengenalinya hanya dari belakang saja? Dan kenapa juga suara pria itu keras sekali? Orang-orang pasti tertarik perhatiannya.
"Kamu kenal Sean?" Nathan bertanya berbisik karena ia dapat melihat bahwa Sean semakin dekat.
"Enggak. Kamu kenal?"
"Tapi dia manggil nama kamu. Dan lagi jalan ke sini."
Terkutuklah Sean.
"Orang-orang kaya dia gak sulit untuk bisa dikenalin. Osean Enterprise. Siapa yang gak tahu?"
Mira. Mira tidak tahu. Atau lebih tepatnya, belum tahu.
"Honey, kamu dateng sendirian yah kali ini?"
Mira melotot, bergeser dan menghadap ke arah Sean yang sudah tiba di sebelahnya.
"Kamu bisa gak sih berhenti panggil aku seenaknya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Osean
RomanceRomance-Comedy "Welcome to the game. Let's see who will win." -Osean Samudra- *** Osean Samudra. Saat kamu mendengar nama itu, mungkin kamu akan membayangkan lautan yang luas, atau... Malah membayangkan salah satu taman hiburan di Ancol- Ocean Dream...