Kejadian subuh tadi memang diluar bayangan Mira. Selain membacakan doa untuknya, Sean juga turut menjadi imam shalat sunnah setelah menikah, juga shalat subuh karena letak masjid yang jauh dan Sean memang tak membawa mobil sendiri ke hotel itu saat akan menikah kemarin.
Sudah pukul tujuh. Kedua orang itu masih ada di hotel. Ada yang harus mereka bicarakan mengenai banyak hal yang memang tidak sempat dibicarakan sebelumnya. Ya bagaimana bisa bicara serius kalau hampir disetiap obrolan mereka selalu bertengkar. Semoga saja kali ini tidak ada adu mulut lagi. Setidaknya itulah yang Mira harapkan.
"Kamu mau kita tinggal di apartemen atau rumah?"
"Kamu udah siapin rumah?"
"Banyak."
Sepertinya Mira salah bicara. Sudah jelas rumah Sean banyak.
"Kamu bisa pilih mau tinggal di rumah yang mana."
"Yang deket tempat kerja saya, ada?"
Sean nampak berpikir, atau mungkin mengingat. Dan seperti kebiasaannya, pria itu mengusap dagunya. "Ada. Sekitar sepuluh menit perjalanan."
"Deket sama tempat kerja kamu juga?"
"Mungkin lima belas menit."
"Oke, kita tinggal di situ."
"Tapi kalau gak macet loh ya itu. Kalau macet, beda lagi waktu tempuhnya."
"Saya juga tau."
Mira juga sudah terbiasa terjebak macet.
"Mulai sekarang kamu kalau pergi ke luar kota, harus izin sama saya."
"Saya mau pergi kemanapun pasti izin sama kamu. Jangankan ke luar kota, ke warung depan rumah juga nanti saya izin," ujar Mira, bersungguh-sungguh. Hal seperti itu memang sepele. Tapi sungguh kalau ia melanggarnya dengan tidak meminta izin suami, bisa-bisa dirinya mendapat azab, bermaksiat kepada Allah dan Rasul.
"Kalau saya gak izinin?"
Mira menunduk, merasa tak rela untuk berkata, "saya gak akan pergi."
"Bagus."
Mira kembali mengangkat wajahnya untuk menambahkan. "Tapi itu bukan berarti kamu bisa semena-mena. Jangan jadiin hal itu untuk keuntungan diri kamu sendiri."
"Kita lihat aja nanti."
Jawaban Sean sungguh sangat tidak meyakinkan. Namun untuk menghindari perdebatan, Mira tak menyanggahi kalimatnya.
"Kamu kalau mau beli sesuatu, pakai uang saya."
"Tergantung saya mau pakai buat apa. Tenang aja, kalau masalah itu saya bisa kok menempatkan diri."
Sean mengangguk mengerti. Sebelumnya ia sudah memberikan sebuah kartu kepada Mira, tentu tak lupa dengan kata sandinya.
"Kalau ada salah satu dari keluarga saya hubungin kamu, langsung bilang ke saya. Entah apapun urusannya, kamu harus bilang."
"Kenapa gitu?"
"Turutin aja."
Oke lah, akan Mira turuti.
"Hmmm... Masalah masak. Nanti saya belajar kalau ada waktu."
Sean hanya tersenyum menanggapi kalimat inisiatif itu.
"Dan kamu juga harus belajar untuk gak jadi nyebelin."
"Kalo saya gak nyebelin, nanti kamu malah heran."
Iya juga sih. "Kalau gitu, seenggaknya jangan sering ancam saya, serem tau gak?!"
Sean malah terkekeh. "Salah sendiri keras kepala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Osean
RomanceRomance-Comedy "Welcome to the game. Let's see who will win." -Osean Samudra- *** Osean Samudra. Saat kamu mendengar nama itu, mungkin kamu akan membayangkan lautan yang luas, atau... Malah membayangkan salah satu taman hiburan di Ancol- Ocean Dream...