Mereka saling diam. Duduk di atas kap mobil dengan pemandangan kota yang terlihat lebih indah di malam hari. Sesekali Mira melirik Sean yang tak kunjung membuka suara. Terakhir dia bicara saat meminta izin untuk membawanya ke tempat ini. Cukup mengejutkan mendengar seorang Sean meminta izin.
Sean aneh. Sean aneh. Sean aneh. Mira tidak bisa berhenti memikirkan hal itu malam ini. Pokoknya Sean aneh.
"Ekhm..."
Bagus. Sekarang Mira mendapat tolehan Sean. Ia sudah tidak sanggup dengan keheningan ini.
"Kenapa? Haus?" tanya pria itu. Suaranya kali ini pelan, tak terdengar menyebalkan. Lihat! Aneh, kan!?
Dan tentu saja Mira menggeleng. "Kamu jangan diem aja, dong. Saya takut kamu kerasukan."
"Mana ada setan yang berani ngerasukin saya."
Lah, iya juga. Sean kan lebih seram dari setan.
Mira jadi dibuat diam lagi. Ia tidak pandai membuat topik meski sebenarnya begitu banyak pertanyaan mengenai keluarga Sean. Tapi Mira belum berani bertanya lebih jauh masalah pribadi pria itu. Ia hanya bisa menunggu Sean bicara.
"Maaf soal tadi."
"Ya?"
"Di meja makan."
Aneh. Sean minta maaf woy. Ingin rasanya Mira umumkan itu di depan semua orang. Eh tapi, pasti malah dirinya yang dikira gila. Soalnya, dengan orang lain, Sean memang terbilang ramah.
"Oh, gak papa."
"Padahal udah saya bilang, ide untuk kumpul bersama kaya gitu bukan ide bagus. Terlebih kalau ada Dewa."
Padahal, Mira pikir, suasana tadi begitu hangat. Hanya Sean yang terasa begitu dingin kepada semua orang.
"Emangnya ada apa sama Dewa?" Padahal Mira rasa, tak ada yang aneh dengan pria bernama Dewa itu. Dan demi apa dia sangat tampan. Dari tatapannya saja jelas terlihat kalau ia orang yang misterius. Pasti banyak wanita yang mengejarnya. Sean yang menyebalkan saja banyak yang memburu, apalagi sosok tampan yang misterius seperti Dewa.
"Dia suka nyakitin orang...," kalimat Sean menggantung, ia memilih untuk menoleh, menatap Mira penuh peringatan lalu lanjut bicara, "khususnya perempuan yang suka dia."
Glek
Sekarang Mira bersyukur karena Sean pria yang paling berkuasa di keluarga itu. Setidaknya, bersama Sean, ia aman dari Dewa, kan? Apa itu kabar baik? Oh tidak, harusnya pertanyaan yang benar adalah, apakah Sean serius? Jangan-jangan dia hanya membual dan menakut-nakutinya saja. Tapi apapun itu, Mira tetap membayangkan betapa menyeramkannya pria misterius itu.
Mira kini memeluk dirinya sendiri karena merinding. Namun, rupanya Sean menyalah artikan itu. Kini, ia melepas jas yang melekat di tubuhnya, menyampirkannya di tubuh Mira dan sukses membuat wanita itu terheran.
"Makin lama makin dingin. Pake aja."
Mira tak membantah. Ia juga tahu kalau Sean tak bisa ditolak. Akhirnya ia memilih untuk memakai jas tersebut. Membiarkan Sean yang kini tubuhnya hanya berbalut kemeja hitam. Kenapa malam ini Sean perhatian sekali padanya? Apa itu hanya perasaan Mira? Apa Mira hanya kege-eran saja? Entahlah. Mira tak mau berharap lebih pada manusia menyebalkan ini.
Kembali mereka diselimuti oleh hening. Mira kurang tahu sekarang pukul berapa. Yang pasti sudah terlalu malam baginya untuk ada di luar rumah. Terlebih lagi bersama Sean. Ah, sungguh tak dapat dipercaya ia bisa dalam situasi seperti ini. Dan anehnya, Sean tak begitu menyebalkan sejak mereka keluar dari restoran padahal acara belum selesai. Ya, itu saking Sean sudah tidak betah berada di sana karena Mira juga tahu sesekali pria bernama Dewa itu meliriknya. Kata Awan, kalau Mira tidak ada, Sean pasti sudah memukul Dewa. Ada apa sih sebenarnya dengan mereka berdua?
KAMU SEDANG MEMBACA
Osean
RomanceRomance-Comedy "Welcome to the game. Let's see who will win." -Osean Samudra- *** Osean Samudra. Saat kamu mendengar nama itu, mungkin kamu akan membayangkan lautan yang luas, atau... Malah membayangkan salah satu taman hiburan di Ancol- Ocean Dream...