22. Tangis

31.6K 3.9K 573
                                    

Bari bisa update 🤧

Rencananya sore tadi setengah enam mau update, tau tau pas baru update cerita TSS, sinyalnya ilaaaang. Baru muncul lagi malem ini 😭 maaf yah 🙏

Lapak ini makin rameee iihhh, aku jadi sukaaaaa 😭😭😭

Suka update juga 🤧🤧🤧

Pertahankan yah sayaaang ❤❤❤

***



Saat Mira menceritakan Tomi memiliki kelainan, Sean terkejut bukan main. Bahkan ia melajukan mobil dengan cepat untuk sampai ke hotel dan mandi. Katanya, pria yang merupakan teman Mira itu beberapa kali melakukan skinship dengannya. Alibinya tidak sengaja menyenggol atau saat menyerahkan ponsel untuk menunjukkan foto Mira saat kuliah tangan mereka bersentuhan. Yang sekarang Sean yakin kalau pria itu sengaja.

Geli. Merinding. Sean merasakan itu saat ia menyadari dirinya jadi korban dimodusin sama laki-laki. Bahkan butuh waktu selama dua jam untuk Sean berada di kamar mandi.

Mira hanya bisa tertawa saja, juga merasa beruntung karena Sean tidak sempat membahas soal ucapannya beberapa saat yang lalu. Ya, ucapan yang mengakui Sean sebagai calon suaminya. Mira sungguh sangat malu mengingat itu. Entah apa yang Sean pikirkan tentangnya. Yang pasti, Mira sangat yakin kalau Sean akan meledeknya dan menjadi lebih-lebih menyebalkan lagi.

Pukul lima merupakan jadwal penerbangannya. Mira hanya berdiam diri di kamar karena waktu masih menunjukkan pukul setengah tiga. Sean beberapa kali menelfonnya, namun tidak Mira angkat. Terakhir kali Mira berkata pada Sean kalau ia ingin tidur. Mungkin karena itu Sean tidak menekan bel kamarnya.

Sejujurnya, Mira hanya berusaha menghindari Sean. Mau taruh dimana nanti mukanya kalau berhadapan dengan Sean? Apa yang akan Sean katakan nanti? Sok-sokan menolak tapi tiba-tiba mengakui Sean sebagai calon suaminya. Cih, memalukan sekali. Bodoh. Mira bodoh.

Saat tengah sibuk guling-guling di atas tempat tidur guna merutuki kebodohannya, Mira dikejutkan dengan suara bel yang berbunyi. Apa itu Sean?

Lagi, belnya ditekan. Mira tak punya pilihan lain. Ia lekas bangkit dan berjalan menuju pintu. Namun menyempatkan diri untuk melihat dari lubang kecil di tengah pintu siapa kiranya yang berdiri di depan kamar.

Ah, ternyata Sela.

Dengan lega Mira membuka pintunya.

"Kamu bikin kaget aja. Aku kira siapa."

"Memang kamu kira siapa?"

"Astaghfirullah."

Mira sampai terlonjak dan berpegangan erat pada gagang pintu. Siapa sangka kalau Sean ternyata berdiri di samping pintunya. Bisa-bisanya pria itu bersembunyi seakan tahu kalau Mira akan mengintip lebih dulu.

"Maaf Mbak. Kata Mas Sean, Mbak gak bisa ditelfon. Jadi minta saya buat lihat keadaan Mbak Al."

Ya Allah, harusnya Mira tidak heran Sean bisa melakukan hal seperti ini.

"Aku baik-baik aja."

"Terima kasih, Sela."

"Sama-sama, Mas. Kalau gitu saya permisi dulu."

Mampus. Mira mampus karena ditinggal berdua dengan Sean.

"Harus banget kamu kaya gitu?"

"Kenapa kamu gak angkat telfon saya?"

"Lagian kamu mau apa?"

"Kamu kira saya jauh-jauh dateng ke sini cuma buat tidur di hotel?"

"Siapa juga yang suruh kamu ke sini?!"

OseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang