26. Malam pertama

39.3K 4K 537
                                    

Harus rame niihhh 😬






***

Sean
Ratusan kali saya telfon gak kamu angkat. Awas kamu nanti malem

Glek

Rasanya, ratusan kali pun Mira membaca pesan itu, ia tetap kesulitan menelan salivanya. Pesan tersebut dikirim pagi-pagi sekali oleh Sean di hari ini, hari pernikahan mereka. Dan yang membuat jantung Mira terpacu adalah kalimat terakhirnya, awas kamu nanti malem. Rasanya Mira ingin tenggelam saja memikirkan malam pertama mereka nanti.

"Deg-degan yah lo?"

Mira hanya mendelik ke arah Rere yang baru saja bertanya. Sahabatnya, Rere dan Elin yang akan mengiringinya menuju pelaminan jika Sean sudah mengucap ijab qobul. Dan tanpa Rere tanya pun, harusnya wanita itu tahu kalau Mira sangat-sangat deg-degan.

Di ruangan Mira berada sebenarnya bukan hanya ada Elin dan Rere saja, para kerabatnya yang lain juga ada. Seperti Hera, Naomi, Sela dan lainnya. Tapi kehadiran mereka tetap tak bisa menghilangkan kecemasan Mira.

"Gue masih gak nyangka lo menikah sama Sean."

Rere saja tak menyangka, apalagi Mira.

"Iya, selama ini yang kita tau kalian selalu berantem," Hera angkat bicara. Sela pun mengangguk-angguk karena ia yang paling sering melihat Mira dan Sean adu mulut di tempat kerja.

"Namanya takdir kan gak ada yang tau," begitu kata Elin.

Sementara Mira hanya diam karena kegugupannya membuat ia tak bisa berkata-kata.

Tak lama kemudian, kabar baik itu tiba. Kabar baik yang mengatakan kalau Sean sudah dengan lancar mengucap ijab qobul. Jantung Mira semakin terpacu saat ia dituntun untuk mengambil langkah menuju tempat Sean berada. Sebelum keluar dari ruangan itu, Mira menarik napas sepanjang-panjangnya dengan mata terpejam. Berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar.

"Kamu cantik banget."

Bisikan Elin membuat Mira tersenyum. Namun celetukan Rere membuat Mira kembali ingin tenggelam ke dasar bumi.

"Siap-siap nanti malem."

Iya, siap-siap Mira tidur duluan.

Kembali ke langkah Mira yang terasa berat dan ragu. Mau lari pun sekarang sudah percuma, ia sudah jadi istri orang. Dan lagipula, Mira tak ingin lari, ia ingin menghadapi ini. Jujur saja, jauh dari Sean selama seminggu ternyata rasanya aneh. Bayangkan saja kalau selama tujuh bulan setiap hari kamu bertemu dengan orang seperti Sean yang menyebalkan, cerewet, kata-katanya dalam, rewel, suka nyinyir, pasti kalian juga akan merasa kehilangan meski awal-awal rasanya seperti bebas.

Dan itulah yang Mira rasakan. Tidak hadirnya Sean ternyata membuat ia sering terpikirkan pria itu. Padahal entah Sean memikirkannya atau tidak. Dengar-dengar dia tetap bekerja di hari pingit mereka. Memang dasar gila kerja pria itu. Sekarang rasanya Mira setuju kalau Sean orang sibuk. Karena ternyata kebanyakan pekerjaan Sean ada di ponsel, pantas saja pria itu selalu ada waktu untuk mengunjunginya.

Kembali ke situasi saat ini. Saat memasuki ballroom, dengan reflek Mira menahan napasnya. Jantungnya berdentum keras dan cepat. Kedua tangannya yang menggenggam buket bunga kini semakin mencengkram erat buket tersebut. Namun meski begitu, Mira masih berusaha untuk tersenyum, tak mau membuat orang berpikir kalau ia menikah karena terpaksa.

Karena mau bagaimana pun, sumpah demi apapun, di sana mempelai prianya berdiri tegap dengan raut wajah penuh senyuman. Entah akting atau bukan, Sean sungguh terlihat sangat tampan dengan ukiran senyuman itu. Sampai rasanya Mira ingin menangis karena terharu. Sean membuatnya berpikir kalau ini adalah pernikahan idamannya. Perlu Mira katakan sekali lagi, Sean sangat tampan dengan setelan jas hitam yang ia pakai.

OseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang