●02: Hari pertama Aohitsugi [Name]

4K 518 238
                                    

Samatoki bersadar di pagar balkon apartemennya. Kepalanya mendongak menatap langit yang masih berwarna hitam. Ini baru pukul 4 pagi, wajar belum ada matahari. Samatoki bangun terlalu pagi.

Tangannya mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya. Mengapitnya ke bibir dan menyulut ujung rokoknya dengan api. Dengan perlahan pria itu menghisap rokoknya, menikmati pagi harinya. Mari berdoa semoga paru-paru yakuza itu baik-baik saja.

Manik rubynya melirik kearah pintu kamarnya. Tidak ada tanda-tanda [Name] akan keluar dari kamar. Sepertinya gadis kecil itu masih tertidur pulas. Malam tadi Samatoki di kejutkan gadis itu karena menyelinap dengan seenaknya ke dalam selimutnya. Sepertinya [Name] tak terbiasa tidur sendiri.

Samatoki kembali menatap langit yang gelap. Menikmati rokok pertamanya hari ini. Bila [Name] sudah bangun ia takkan bebas merokok lagi. Merokok di dekat anak kecil itu tidak baik. Itu wejangan yang disampaikan oleh Riou kemaren.

"Papa." [Name] berdiri di depan Samatoki. Tangan kanannya sibuk mengucek matanya, sedangkan tangan yang satunya sibuk memeluk boneka pinguin pemberian Samatoki.

Samatoki tersedak asap rokoknya. Buset ini anak kek hantu! Setelah meredakan batuknya, Samatoki segera membuang rokoknya yang masih bersisa banyak begitu saja. Pria itu berjalan mendekati [Name] yang terlihat masih mengantuk.

"Kau sudah bangun rupanya." ucap Samatoki sambil berjongkok di hadapan [Name].

[Name] menatap polos Samatoki, "habisnya papa ga ada di kamar. [Name] jadi takut."

Samatoki terkekeh. Dengan santai ia menggendong [Name], berat anak itu bukan apa-apa bagi Samatoki. Ia kembali berjala memasuki apartemennya. [Name] dengan erat memeluk leher Samatoki, "Papa, lapar~" rengeknya.

Samatoki menurunkan [Name] di sofa, menyetelkan televisi untuknya. Pria itu mengganti channel ketika yang ditampilkan adalah anime. Ia tidak mau anaknya bau bawang seperti brocon divisi sebelah.

"[Name] tunggu disini." pesan Samatoki lalu pergi ke dapur.

[Name] dengan patuh menuruti perintah Samatoki. Kakinya yang menggantung berayun, menikmati animasi yang ditayangkan di depannya. Samatoki membalut tubuhnya dengan apron biru polos. Samatoki mengeluarkan bahan-bahan segar dari lemari pendingin kemudian dengan cekatan mengolahnya.



※Daddy Sugar※

[Name] tengah asik memainkan bebek karetnya di bathup. Rambut cokelatnya yang panjang sepinggang di gelung menggunakan ikat rambut. Di belakang anak itu ada Samatoki yang bersender di kepala bathup. Hampir saja pria itu tertidur jika tidak mendengar suara cempreng [Name] yang menyanyikan 'balon ku ada lima'.

Suara dering ponsel Samatoki mengalihkan perhatian keduanya. Samatoki segera berdiri, membilas tubuhnya dan [Name]. Kemudian memakaikan handuk. Keluar kamar mandi, [Name] disuruh masuk ke dalam kamar. Sedangkan Samatoki pergi mengambil ponselnya yang terus berdering sejak tadi.

"APA SIH TELEPON-TELEPON SIALAN?!" bentak Samatoki begitu mengangkat teleponnya.

[Name] yang sudah berpakaian dengan rapi kembali keluar dari kamar dan duduk dengan tenang di kursi meja makan. Gadis kecil itu hanya menatap heran Samatoki yang terlihat marah dengan orang yang tengah meneleponnya.

Setelah menutup telepon dari bawahannya itu, Samatoki melempar ponselnya ke sembarang arah. Toh kalau rusak bisa beli lagi. Samatoki melirik ke dapur, terlihat [Name] yang masih setia menungguinya.

"[Name]? Kenapa belum makan?" tanya Samatoki sambil mendekati anak itu.

[Name] menoleh, "kata papa panti, makan bersama itu lebih menyenangkan dari pada makan sendiri." jawabnya dengan polos.

Samatoki mengusap rambutnya pelan, "anak pintar, sebentar aku pakai baju dulu." ujar Samatoki kemudian pergi berlalu menuju kamarnya.

Selesai memakai pakaiannya, Samatoki kembali ke dapur. Ia duduk di seberang [Name]. Keduanya mulai makan dengan khidmat tanpa suara. [Name] terlihat senang dengan masakan yang Samatoki buat. Terbukti dengan lahapnya anak itu makan. Selesai makan, [Name] ikut bersama Samatoki ke markas Yakuzanya.

Kenapa [Name] dibawa? Karena Samatoki tak bisa mempercayai satu orang pun untuk menitipkan [Name]. Lagipula mereka hari ini juga harus bertemu Jyuto mengenai masalah surat adopsi [Name].



※Daddy Sugar※

"[Name]!!" Jyuto menjerit sembari berlari menghampiri anak kecil itu.

[Name] yang merasa ketakutan segera bersembunyi di belakang Samatoki. Jyuto membatu. Samatoki menatap kasihan rekan satu divisinya itu. Anak kecil saja tahu seberapa buruknya Jyuto itu. Samatoki menggendong [Name].

"Mana Riou?" tanya Samatoki begitu menyadari tak ada si mantan tentara.

Jyuto mendengus, kecewa [Name] menjauhinya, "di hutannya. Memang biasanya dia dimana?" Jyuto menyerahkan map berisi surat adopsi [Name].

[Name] tertawa kecil, "Jyuto-san gendong~"

Wajah Jyuto berubah menjadi cerah. Dengan segera polisi itu mengambil alih [Name] dari dekapan sang ayah. Samatoki mendengus melihat perubahan drastis mood Jyuto. Selagi memeriksa dokumen yang diberikan Jyuto, Samatoki membiarkan [Name] bermain bersama rekannya itu.

Jyuto terlihat antusias mengajak [Name] bermain, sesekali pria itu menciumi pipi gembul [Name]. Rupanya Jyuto lumayan berbakat juga menjadi pedofil. Samatoki memukulkan map yang dipegangnya ke kepala Jyuto ketika melihat polisi bejat itu terus menciumi pipi gembul [Name].

"Kau terlihat seperti pedofil bangsat!"

Jyuto mendecih, "santai dong!"

"Oiya, ku dengar kau berangkat ke Osaka besok?" Jyuto menatap Samatoki, memastikan kebenaran.

Samatoki terlihat acuh, "memangnya kenapa?"

"Siapa yang menjaga [Name] besok?" tanya Jyuto lagi.

Samatoki terdiam. Perkataan Jyuto baru terpikirkan olehnya sekarang. Kira-kira siapa yang cocok untuk menjaga [Name]?

Wajah Jyuto terlihat senang, ia mendapatkan ide, "bagaimana kalau ak-"

"Ga! Yang ada kau apa-apakan anakku!"

"BANGSAT!"

Samatoki mengotak-atik kontak di ponselnya. Dahinya mengerut. Tak ada seorang pun yang dapat dipercaya olehnya. Apa ia harus menitipkan pada Riou? Ah, sebaiknya jangan.

Jyuto mengelus pipi [Name] dengan gemas, "ah, aku punya seseorang yang dapat di percaya! Besok ia akan datang ke apartemen mu."

Samatoki menatap curiga Jyuto. Percaya pada polisi bejat itu adalah hal yang mustahil.

"Ck, percayalah. Dia anak yang baik!" bujuk Jyuto sembari memamerkan senyum menawannya.

Samatoki menghela napas, menatap jijik kearah Jyuto, "baiklah .... Awas saja dia macam-macam dengan [Name]!"

"Iya iya, Bapak Kuda!"

Tbc...

Yahoo~
Up cepat karena ide lagi mengalir.
Jan lupa tinggalkan vote dan comment ya~

4/4/2020

Aohitsugi Keyara

Daddy Sugar (Samatoki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang