●21: Akhir

1.3K 264 41
                                    

Samatoki berusaha mengatur napasnya yang terputus-putus. Wajahnya terlihat agak putus asa. Sudah setengah jam berlalu namun pria di depannya masih bisa berdiri walau pun tak sekokoh tadi. Keadaan keduanya terlihat berantakan, memar-memar muncul di tubuh masing-masing akibat pukulan yang diterima karena lambatnya respon tubuh untuk menghindar.

Pria itu tertawa, mengejeknya yang sudah terlihat kelelahan. Padahal sendirinya sudah mengalami gangguan fungsi penglihatan pada sebelah matanya akibat pukulan keras leader MTC. Tak ada yang mau mengalah. [Name] sedari tadi hanya bisa bersembunyi di dekat kontainer merah dengan hati terus memanjatkan do'a semoga sang ayah angkat baik-baik saja.

"Hhh ... Lumayan juga- hh ...," Samatoki berlagak sok kuat dengan napas yang masih terputus-putus.

Pria di depannya mendecih, kembali mengambil kuda-kuda sebelum berlari menyerangnya dengan tongkat besi di tangannya.

Napas yang terasa sesak serta denyutan nyeri di kepala membuat respon tubuh melambat. Samatoki menerima pukulan tongkat besi dengan tangannya, berusaha melindungi wajahnya. Pria di depannya lengah, dengan segera ia memakai kesempatan itu untuk menendang perut pria itu sekuat tenaganya.

Pria itu mundur terhuyung, menahan rasa sakit di perutnya dan berusaha mempertahankan posisi berdirinya. Kapal kargo bergoyang keras, berubah haluan kembali menuju pelabuhan Yokohama. Sepertinya Riou berhasil mengambil alih kendali kapal. Samatoki tertawa di tengah penderitaan tubuhnya yang menahan rasa sakit di kepalanya. Kepalaku bocor, pikir Samatoki setelah melihat tetesan darah di lantai geladak kapal.

"Jyuto berengsek! Kapan dia datang?!" Sempat-sempatnya Samatoki menyumpahi rekan timnya di saat genting seperti itu.

Telinga Samatoki berdengung saat mendengar suara terompet dari kapal  yang ia naiki. Entah apa tujuan Riou menghidupkan suara sebesar itu. Yang jelas sekarang ia harus mempertahankan kesadarannya lebih lama. [Name] harus selamat, apapun caranya.



※Daddy Sugar※

Jyuto memeriksa setiap kontainer yang ia temukan, 34 anak berhasil ia selamatkan tapi tak ada tanda-tanda Samatoki dan [Name] disana. Tanpa patah semangat–setelah tersesat di geladak tengah selama setengah jam–Jyuto kembali melanjutkan pencahariannya terhadap dua Aohitsugi itu.

"Ga orang tua, ga anak, sama-sama merepotkan!" gerutunya.

Tubuh polisi itu oleng saat kapal mengambil gerakan berbelokan secara mendadak. Hampir saja pantatnya menyentuh lantai geladak kapal kalau ia tidak bagus mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Tidak lama kemudian suara klakson keras kapal terdengar di telinganya. Jyuto berpengangan pada pagar, menengok ke bawah untuk mencari tahu apakah anak buahnya berhasil.

2 speed boat milik kepolisian sudah terlihat penuh oleh para awak kapal. Salah satu bawah yang menyadari tatapannya mendongak ke arahnya, memberikan jempol. Beberapa bawahan lainnya yang sadar memberi insyarat pada pria itu bahwa sebentar lagi helikopter bantuan akan datang. Beberapa bawahannya lagi kembali masuk ke dalam kapal untuk membantunya.

Jyuto tersenyum, kini tinggal menemukan Samatoki dan anaknya. Bergegas polisi dengan pakaian hampir serba hitam itu menuju ujung kapal, berharap Samatoki ada di sana bersama rekan mantan tentaranya.



※Daddy Sugar※

[Name] selalu ingin melihat laut, itu keinginannya jika ditanya oleh ibu panti setelah selesai belajar menghitung. Kini ia melihat laut, juga kepala bersurai putih yang ia sayangi. Rambut ayah angkatnya itu kini sudah tidak sepenuhnya berwarna putih. Cairan kental merah tua menguasai warna rambutnya.

[Name] bisa melihat urat-urat di tangan Samatoki lebih menonjol dari pada biasanya. Cengkramannya terhadap pipa besi di tangannya begitu kuat, seakan-akan ingin menghancurkannya. Tatapan manik merahnya kini terlihat fokus dan mengerikan. Tubuh yang sering ia peluk itu kini agak membungkuk dengan peluh menghiasi sekitar wajahnya.

Dadanya terlihat naik turun dengan cepat, berusaha memasok oksigen sebanyak mungkin ke kepalanya agar tidak tumbang dalam waktu dekat. [Name] berusaha menahan tangis, bukan laut dengan pemandangan seperti ini yang ingin lihat. Bukan ini yang dia inginkan. Seandainya waktu itu ia tidak memeluk kaki Samatoki, apa pria itu masih baik-baik saja saat ini di apartemennya?

Suara 'klik' membuyarkan pikiran [Name]. Diatas kontainer lain ada awak kapal yang bersiap dengan senjata di tangannya. Moncong senapan itu tepat mengarah ke ayah angkatnya. Tanpa pikir panjang [Name] berlari meninggalkan tempat persembunyiannya. Tangisnya pecah di sela-sela ia berlari, tangannya terangkat berusaha menggapai sang ayah kesayangan.

"PAPAA!!"

DOR!

Tbc ...

Jajajaja, beberapa chapter lagi tamat.
Hshshshs

21/10/2020

♪Aohitsugi Keyara

Daddy Sugar (Samatoki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang