●06: Sekolah

2.5K 423 85
                                    

Semenjak kejadian itu, [Name] jadi takut sendirian di apartemen. Ia juga takut dengan Samatoki. Terkadang otaknya memutar ulang kejadian dimana ia melihat Samatoki menusuk perampok itu dengan pisaunya. [Name] jadi takut dengan darah. Samatoki juga akhir-akhir ini jadi semakin protektif dengannya.

Pria itu mengerjakan semuanya di apartemen. Ia sama sekali tidak mau meninggalkan [Name] barang sedetik pun. Samatoki tidak merasa keberatan harus di runah seharian jika itu menyangkut [Name]. Hingga Jyuto datang bertamu ke apartemennya, memberikannya sebuah saran.

"Bagaimana kalau [Name] disekolahkan saja?"

Samatoki jadi kepikiran akan hal itu. Benar juga saran Jyuto. Lagi pula [Name] juga sudah berumur 7 tahun. Ia sudah seharusnya masuk sekolah dasar. Tapi, Samatoki tidak mau membuat keputusan seenaknya mengenai anak kesayangannya itu. Jadi, saat makan malam pria albino itu menanyakannnya pada [Name].

"[Name] mau sekolah?"

[Name] yang sedang menyuap omuricenya terhenti. Ia menatap heran Samatoki, "sekolah itu apa?"

"Sekolah itu ...." Samatoki jadi bingung sendiri menjelaskannya.

Samatoki memutar otaknya, "Sekolah itu pergi ke sebuah gedung lalu belajar."

"Oh, belajar seperti yang kami lakukan bersama ibu panti dulu?" Tanya [Name] antusias.

Samatoki terlihat kebingungan, tapi tetap mengangguk. Yah, Samatoki bukan tipe anak sekolahan yang rajin sih. Ia dulu lulus SMA saja merupakan berkah.

"Mau! [Name] mau!"

Samatoki tersenyum tipis, "baiklah, besok kita ke sekolah."



※Daddy Sugar※

Besoknya, Samatoki melihat [Name] dalam keadaan yang berbeda. Wajah anak itu terlihat pucat. Tubuhnya juga gemetaran. Keringat dingin menghiasi dahinya. [Name] terkena demam panggung. Gadis kecilnya tak terlihat bersemangat seperti kemarin.

"Hei, ada apa?" Samatoki berjongkok, menggenggam tangan mungil [Name].

Gadis itu menatap Samatoki ragu, "[Name] takut tidak punya teman," jawabnya.

Samatoki terdiam, bingung ingin mengatakan apa kepada anaknya. Masalahnya, masa sekolah seorang Aohitsugi Samatoki jauh dikatakan indah. Kerjaannya saja membolos terus. Pada akhirnya Samatoki tidak mengatakan apapun. Pria itu hanya mengusap lembut pucuk kepala [Name].

Tak perlu waktu lama bagi kedua Aohitsugi itu untuk sampai di sebuah bangunan elit yang menjadi calon sekolah anaknya. Setelah Samatoki memarkirkan mobilnya, barulah keduanya turun. Samatoki dapat merasakan tatapan guru-guru perempuan dari yang muda hingga yang tua di sekelilingnya. Bisik-bisik terdengar hingga ke telinga keduanya.

[Name] hanya bisa menatap polos sekeliling mereka. Sementara Samatoki hanya bisa menahan senyum mendengar bisikan guru-guru perempuan mengenai ketampanannya. Keduanya kemudian sampai di ruangan kepala sekolah. Selagi Samatoki mengurus data [Name], gadis kecil itu diminta menunggu di tempat bermain anak-anak. Kebetulan mereka datang saat jam istirahat.

Banyak anak-anak yang menatapinya. Tatapan mereka beragam, mulai dari penasaran, bingung, dan sinis. [Name] kebingungan saat melihat kedua anak yang berbeda warna rambut dan gender sepertinya mendekatinya. Barang-barang yang digunakan oleh kedua anak itu bermerek dan mahal. Kedatangan mereka memancing seluruh perhatian anak-anak. Salah satu anak bersurai merah dengan beberapa helai rambut berwana hitam yang dikepang mendekatkan wajahnya ke wajah [Name]. Tatapan matanya terlihat menyelidik, membuat [Name] merasa risih.

“Hai~ Siapa nama mu?" Anak bersurai baby blue bertanya dengan nada ramah.

Keduanya terlihat lebih tua 1 tahun dari [Name]. Dengan ragu anak kesayangan Samatoki itu menjawab, "Aohitsugi [Name], Nee-chan."

Keadaan sejenak menjadi hening. Tawa meluncur dengan spontan dari bibir anak bersurai merah. Anak yang dipanggil 'Nee-chan' hanya bisa tersenyum miris. [Name] menatap heran keduanya. Sepertinya ia salah bicara.

"Ano ... [Name]-chan, aku ini laki-laki." ucap anak itu.

Wajah [Name] memerah, malu akan kesalahannya. Gadis itu menunduk dan berkali-kali mengucapkan kata maaf. Anak itu hanya tersenyum memaklumi. [Name] kembali menegakkan badannya saat dirasa bahunya dirangkul seseorang. Itu tangan si anak bersurai merah.

"Yo, Aohitsugi. Namaku Akashi Ayumu! Salam kenal!" ucapnya dengan semangat.

[Name] mengangguk pelan. Anak bersurai baby blue menepuk puncak kepala [Name]. "Kambe Noah, salam kenal [Name]-chan."

Setelah perkenalan itu, keduanya mengajak [Name] bermain di pojok lapangan. Ayumu memperkenalkan koleksi mainan yang harganya tak sedikit itu sambil sesekali bercerita tentang ayahnya. Noah hanya tersenyum mendengarkan kisah Ayumu sambil sesekali menimpali kisahnya. [Name] yang duduk di depannya hanya menjadi pendengar yang baik.

Sesekali anak polos itu tertawa mendengar cerita lucu salah satu teman barunya itu atau memasang wajah kebingungan ketika salah satunya menyebutkan harga barang mereka. Benaknya akan bertanya, apa harga barang itu masuk dalam kategori normal?

Tentu saja tidak [Name] :)

Beberapa anak kemudian ikut mendekati ketiganya, mendengarkan cerita keduanya. Suasana sekitar [Name] menjadi ramai. Beberapa anak memperkenalkan diri kepadanya. Sisanya terlihat acuh dan hanya memperhatikan Noah dan Ayumu. Guru-guru yang mengawas dari depan kantor hanya tersenyum menanggapi.

Ketiganya berhenti main saat Samatoki memanggil [Name], mengajaknya pulang. Beberapa anak terlihat takut melihat wajah garang milik Samatoki yang mendekati mereka. Netra rubynya menatap tajam kedua teman baru [Name].

"Oh, terima kasih sudah menemani [Name] dua gadis kecil." ucapnya sembari menatap Noah dan Ayumu.

Ayumu mencoba menahan tawanya. "Pfft ... Sama-sama om!"

Noah yang kembali dikira anak perempuan mengelus dadanya, mencoba sabar. "Iya, om. Terima kasih kembali."

[Name] bergegas berdiri kemudian berlari mendekati kaki sang ayah. Samatoki mengelus puncak kepala anaknya. Tangannya lalu menggenggam tangan mungil [Name], membawanya menuju kearah mobilnya. Beberapa anak melambaikan tangannya ke arah [Name], termasuk Noah dan Ayumu.

Samatoki menatapi wajah ceria anaknya sebelum bertanya, "kau tidak takut sekolah sekarang?"

[Name] menoleh lalu mengangguk dengan semangat. "Tidak! Teman [Name] banyak!" jawabnya dengan penuh semangat.

"Bagus kalau begitu. Mulai besok kau akan sekolah." balas Samatoki.

"Omong-omong, siang ini mau makan apa [Name]?"

"Steak!!"

"... Tau dari mana kau makanan itu ...."

Tbc ...

Heyyo, akhirnya up.
Hwhwhw aku nambahin dua OC orang yang jadi anak sultan hehe.
Biar nama temennya ga bikin" Lagi :v
Noah milik Nion.
Ayumu milik nakq Ayum.
Nanti ku tag kalo sinyalnya dah baik

23/4/2020

♪Aohitsugi Keyara

Daddy Sugar (Samatoki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang