●09: Jakurai-sensei

2.2K 382 110
                                    

Gemerlap kota Shinjuku selalu menarik perhatian orang-orang, bahkan [Name] sekalipun. Beberapa perempuan berpakaian cukup ketat menawari bermacam-macam produk atau sekedar menggoda Samatoki. [Name] dengan posesif memeluk lengan sang ayah kala para wanita berpakaian kekurangan bahan mendekat ke arah Samatoki.

Tak heran beberapa dari wanita-wanita itu menatap sinis ke arahnya. Namun [Name] tidak perduli. Ia tidak mau mendapatkan ibu seperti mereka. Lagipula Samatoki juga terlihat tidak tertarik dengan para wanita itu. Malam ini Samatoki mengajaknya ke Shinjuku untuk bertemu dengan salah satu kenalannya, dokter Jinguji Jakurai. Ingin berkunjung jawab Samatoki ketika ditanya oleh Jyuto.

Masalah kemaren, dapat di selesaikan dengan damai. Samatoki hampir saja kelepasan memukul wajah sombong Daisuke apabila temannya, inspektur Kato tidak datang. Samatoki jadi menjauhkan [Name] dari keluarga Kambe sejak itu. Samatoki beralasan kalau keluarga itu tidak baik untuk anaknya.

Gedung rumah sakit sudah berada di depan mata. Samatoki menghentikan langkahnya kala [Name] berhenti bergerak di sampingnya. Wajah anak itu terlihat kebingungan, manik rubynya memincing kala pandangannya tak dapat menangkap sosok yang tengah terbaring di dekat tong sampah.

"Papa! Papa! Lihat, kasihan sekali orang itu!" [Name] memekik kecil kala menemukan seorang pria yang hanya memakai boxer bergambar dadu.

Samatoki mengikuti arah pandangan [Name]. Dahinya mengernyit saat melihat siapa yang dimaksud gadis kecilnya. Samatoki bergegas menarik tangan [Name] untuk mengikutinya memasuki gedung rumah sakit di depan mereka.

"Abaikan dia [Name]! Dia hanya akan merepotkan kita," ucap Samatoki.

[Name] hanya mengangguk kecil menanggapi ucapan sang ayah dan mempercepat langkahnya nenyusul Samatoki.



※Daddy Sugar※

Jakurai menyambut kedatangan Samatoki dengan ramah seperti biasa. Pria berkepala tiga itu cukup terkejut saat ada anak kecil muncul di belakang Samatoki. [Name] awalnya terlihat takut dengan Jakurai. Kini anak kecil itu dengan berani memainkan rambut dokter itu. Samatoki menghela napas lega melihat [Name] yang bergerak aktif di sekitar Jakurai.

Samatoki terkekeh saat [Name] dengan polosnya memuji Jakurai cantik. Jakurai sendiri tidak masalah dengan pujian anak itu. Pintu ruangan terbuka, menampilkan suster yang mengantar sebuah berkas penting dan minuman untuk Jakurai. [Name] menatap polos interaksi keduanya. Pandangan suster itu teralihkan begitu merasakan tarikan kecil di rok putihnya.

[Name] terlihat antusias dengan kehadiran suster di depannya. Suster itu berjongkok menyamakan tingginya dengan [Name]. Terlihat sekali bahwa suster itu gemas dengan anak kesayangan Samatoki itu. Keduanya berbicara kecil, [Name] dengan lantang memperkenalkan dirinya. Suster itu kembali berdiri saat menyadari ia terlalu lama di dalam ruangan sang dokter.

Setelah berpamitan, suster itu keluar dari ruangan Jakurai. [Name] menatap kepergian wanita itu. Ia kemudian berbalik menghadap Jakurai. Dokter psikologi itu tengah meminum tehnya.

"Sensei, itu tadi pacar Sensei?" [Name] dengan polos bertanya.

Jakurai tersedak tehnya. Samatoki bergegas bangkit, membantu Jakurai dari tesedaknya dengan memberikan air putih miliknya yang ia beli sebelum sampai di rumah sakit tadi. Jakurai menerimanya dan meminumnya dengan perlahan.

"Hoi, [Name]! Jangan bertanya seperti itu!" tegur Samatoki.

[Name] menundukkan kepalanya, merasa bersalah. Jakurai yang selesai meminum air putih tersenyum maklum. "Tak apa Samatoki-kun."

"Suster yang datang tadi itu adalah rekan kerja ku. Kami tak memiliki hubungan semacam itu [Name]-kun," jelas Jakurai dengan lembut.

[Name] mendongak, menatap manik ungu Jakurai. Gadis itu mengangguk kecil. Keduanya akhirnya berpamitan pulang saat Doppo muncul bersama suster yang datang tadi, tak ingin mengganggu jam kerja sang dokter lebih dari pada ini.

Keluar dari rumah sakit, [Name] tak menemukan pria gelandangan yang dilihatnya sewaktu baru datang tadi. Samatoki hanya diam memperhatikan gelagat sang anak yang seperti kehilangan sesuatu.

"Ada apa [Name]?" Samatoki bertanya sembari menepuk kecil pundak anaknya.

[Name] menoleh kearah Samatoki lalu menggeleng kecil. "Tidak ada, Pa. Ayo pulang!"

Samatoki tak membalas lagi. Ia menggenggam tangan [Name] dengan erat kemudian berjalan menuju stasiun. [Name] bersenandung kecil, menikmati perjalanannya bersama sang ayah.

"Papa, [Name] mau gelang seperti Ayumu! Mengkilat!"

"Yasudah besok beli 2 yang emas sekalian."



※Daddy Sugar※

[Name] berseru kecil saat menemukan kepala biru pria yang dicarinya sejak keluar dari rumah sakit. Jaket hijaunya mencolok di tengah kerumunan orang-orang di stasiun. [Name] melepaskan pegangan Samatoki lalu berlari kearah pria itu, tidak menghiraukan teriakan Samatoki. Beruntung pria itu dengan sigap mengejar anak itu.

"Paman!" Merasa dipanggil, pria itu menoleh.

Wajahnya terlihat bingung, tatapannya kemudian beralih menatap pria di belakang anak itu. Wajah pria itu mencerah. "Samatoki!"

Samatoki mendecih, "apa yang gembel Shibuya lakukan disini?"

Pria itu, Arisugawa Daisu tertawa kecil. "Sedang mencari peruntungan dengan berjudi disini."

[Name] menatap polos Daisu, "judi itu apa?"

"Judi itu-" Belum selesai menjawab, mulut Daisu sudah ditutup dengan sepatu mahal Samatoki.

Iya, Samatoki menginjak wajah Daisu. Tatapan Samatoki mengarah kepada [Name]. "Jangan dengankan gembel ini [Name]."

"Baik, Papa."

"WHOA?! INI ANAKMU?!" Daisu bertanya dengan heboh setelah menyingkirkan kaki Samatoki dari wajahnya.

Samatoki tidak menjawab tapi [Name] yang menjawab dengan anggukan. Belum sempat Daisu berbicara lebih, Samatoki menyerahkan kartu platinumnya dengan wajah mengusirnya. Daisu menerimanya dengan wajah bingung.

"Ambil itu dan pergi dari sini sekarang juga." usirnya.

Daisu mengerutkan dahinya, "tidak sekalian black card saja?"

"Lebih baik aku menyerahkan black card ku untuk [Name]. Pergi sana bangsat!"

Sebelum Samatoki mengamuk, Daisu memilih meninggalkan tempat itu. Sejenak pria itu menoleh, melambaikan tangannya kepada [Name], meneriakkan kata terima kasih karena menghampirinya. [Name] dengan polos membalas lambaian tangan Daisu.

"Papa tadi ngapain?"

"Sedekah."

Tbc ...

Yo, masih lancar puasanya?

28/4/2020

♪Aohitsugi Keyara

Daddy Sugar (Samatoki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang