13. Hari Ke-31

364 73 10
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

SELASA, 31 MARET 2020

HARI KE-31 COVID19 DI INDONESIA

Rania berpikir mereka akan pergi di pagi hari, namun mereka pergi siang hari. Bosnya pun mengatakan setelah dari sini Rania boleh kembali pulang. Tapi jangan berharap dia akan mengantarkan Rania ke rumah. Remember, he is a Boss.

Keterbatasan bahasa yang dia miliki, membuat Rania tak sepenuhnya menjadi consultant interior. Dia membutuhkan Bosnya untuk menerjemahkan keinginan owner. Namun sesekali pekerjaan Rania yang mengukur ruangan terinterupsi oleh si pemilik apartemen.

"Saya mau gorden tinggi."

Rania hanya menganggukan kepala. Ya, secara teknis itu tak murni pekerjananya. Dia hanya seorang perancang tata ruang bukan pembuat gorden.

"Bu Rania mau ukur apa lagi?" tanya itu berasal dari supir sang atasan yang membantu Rania mengukur. Tentu saja mengukur satu unit apartemen dengan tiga kamar tak bisa dilakukan sendiri.

"Ke kamar utama aja Pak."

Supir itu mengangguk patuh. Rania berjalan mendekati sang atasan dan si pemilik. "Mrs. Seo, ingin ganti tempat tidur?" Rania meringis setelah mengucapkan pertanyaan dengan susunan kata aneh. Harga dirinya sebagai penulis novel online seakan tercoret.

Wanita itu mengangguk semangat. "Ada laci."

Sebuah keinginan yang jelas dan sederhana. "Lemari juga ubah?" sungguh Rania ingin memuntahkan rasa menjijikan ini.

"Tidak. Lemari bagusin warna saja."

Lagi Rania paham dengan penyusunan kalimat yang kacau itu. Termaafkan karena dia orang asing. Rania pamit untuk menyusul supir atasannya yang sudah menuggu di dalam ruangan.

"Bentar ya Pak, saya gambar dulu ruanganya." Rania menggambar layout kamar utama dengan posisi berdiri.

"Gak duduk Bu?"

Rania menggeleng singkat, kepalanya masih tertunduk karena sedang menggambar. "Pak, gak kesel apa masih disuruh kerja? Gak takut gitu?"

Rania dapat mendengar kekehan kecil dari supir itu, membuatnya tertarik untuk menatap. "Saya kerja cuma sampai minggu ini, Bu Ran."

Mata Rania membulat sebagai bentuk reaksi terkejut. "Bapak juga mau keluar?" haruskah dia memikirkan ulang rencana resign yang Juan katakan?

"Dikeluarin Bu Ran. Bos bilang begitu."

Kedua tangan Rania jatuh terkulai di sisi tubuh. "Dipecat?" bisiknya seraya mendekat.

Supir itu hanya mengangguk, senyumnya terkulum sendu. "Mau gimana, udah resikokan Bu."

Rania memerhatikan dengan cermat raut wajah kecewa itu. Dari sekian banyak supir atasannya, pria di hadapannya ini adalah salah satu yang terbaik. Bosnya itu bodoh atau apa? Dia selalu membuat orang yang bekerja dengannya tak nyaman.

"Bu Rania jangan panik. Kayanya yang dipecat orang kaya saya doang Bu. Staff kantor pasti gak dipecat."

Rania meringis, sekaan bahasa lain dari 'Persetan kalau gue dipecat juga. Mungkin sebelum gue dipecat, gue duluan ngasih surat resign.'

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang