27. Hari Ke-45

374 68 11
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

SELASA, 14 APRIL 2020

HARI KE-45 COVID19 DI INDONESIA

Juan terlahir sebagai anak tunggal. Ibu mengatakan jika sebelum Juan, beliau sempat mengandung dua kali. Keduaya tak pernah sampai lahir ke dunia karena permasalahan pada rahim ibu. Saat kehamilan Juan, ibu layaknya putri keraton yang tak boleh mengerjakan apapun. Setelah melahirkan, rahim ibu diangkat dan Juan tak dapat memiliki adik kandung.

Itulah salah satu alasan mengapa Juan meyukai anak kecil. Dia ingin memiliki adik. Kasih sayang itu dapat dirasakan oleh anak kecil yang didekatinya, tak heran Yuri lebih betah bersama Juan dibanding paman kandungnya.

Pagi hari ini, Juan sedang menemani Yuri bermain pasang puzzle sembari menikmati sarapan. Siapa lagi yang menyuapi kalau bukan Om Juan.

"Tiga suap lagi sarapan Yuri abis," sendok pink dengan ujung kepala Minnie Mouse sudah terulur ke mulut Yuri.

Tak ada penolakan, mulut kecil itu menerima suapan Juan. "Om, ini di mana?" jemari mungilnya sedang memegang satu keping puzzle.

Juan ambil dan membantu Yuri mencari tempat yang benar. "Di sini," dia hanya menunjuk tempat dan kembali memberi kepingan puzzle tadi pada pemiliknya.

Juan mengangkat pandangan saat mendengar suara ponselnya berbunyi. Chandra membawa ponselnya, "ibu nelpon." Segera setelah ponsel diberikan pada Juan, Chandra menjahili keponakannya itu.

"AYAH!! PAKLIK JAHAT!"

Juan memukul punggung Chandra cukup kuat, sebelum berlalu meninggalkan keributan kecil itu. Lagipula Mario sudah balas meneriaki adiknya itu.

"Assalamualikum Bu," sapa Juan saat panggilan sudah dijawabnya.

"Waalaikumsalam. Mas Juan masih di rumah Chandra?"

Juan tarik kursi kayu di teras rumah Chandra. "Iya, Bu. Mamikan emang gak ngebolehin keluar cepet-cepet kalau nginep di sini."

Juan dengar ibunya yang terkikih geli. "Tadi yang teriak Yuri?"

"Biasa digangguin Chandra."

"Ntar Ibu nelpon Mami. Ini, Bapak mau ada yang diomongin sama Mas Juan."

"Assalamaualikum nak," sapa sang ayahanda dengan nada serak.

"Waalaikumsalam, Pak. Bapak sakit? Kok suaranya serak?" terdengar jelas nada khwatir Juan saat bertanya.

"Gak, Bapak baik-baik aja. Ini Ibu abis bikin apa air infus pake lemon. Jadi kaya rada gimana gitu tenggorokkan Bapak."

"Bapak kalau gak cocok jangan dilanjutin minumnya."

"Iya pak dokter. Bapak mau nanya, Mas Juan lagi off kerjakan?"

Juan mengangguk, bola matanya bergulir tak menentu. Ada apa orang tuanya bertanya seperti ini? "Iya, Pak."

"Gini, nak. Bapak dari beberapa hari lalu kepikiran dan ngomong dulu sama Ibu. Kita mikir, gimana kalau Mas Juan udahan aja jadi dokter sukarelawan."

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang