ARJUAN X RANIA
.
McM
.
Happy Reading
.
.
MINGGU, 29 MARET 2020
HARI KE-29 COVID19 DI INDONESIA
Juan mendapatkan kesempatan beristirahat saat adzan subuh berkumandang. Sehabis menunaikan ibadah, Juan memeriksa ponselnya. Dahinya berkerut, kala melihat panggilan tak terjawab enam jam lalu. "Bapak?"
Juan dengan rambutnya yang basah, duduk bersila di ubin masjid rumah sakit, masih mengenakan sarung. Mencari jawab akan tanya yang membuat penasaran, Juan hubungi kembali ayahnya itu. "Bapak pasti juga habis sholat subuh."
Panggilan pertama Juan tak terjawab. "Apa Bapak lagi tadarusan, ya?"
Ia coba lagi untuk kali kedua. Juan masih merasa gelisah karena ini jarang terjadi. Bahkan saat Juan meminta izin untuk menjadi sukarelawan, bapak hanya mengiizinkan setelah ibu memarahinya.
"Assalamualikum Mas."
Juan tersenyum lega mendengar suara berat ciri dari sang ayah. "Waalaikumsalam. Bapak nelpon Mas Juan semalam?"
Kekahan itu membuat Juan semakin menarik senyum. "Iya. Tapi Mas Juan kayanya lagi jaga ya?"
Juan mengangguk. "Bapak kenapa?"
"Ndak, Bapak cuma mau nanya kabar Mas Juan aja. Mas Juan kan kalau apa-apa nelponnya Ibu. Bapak ini apa yo namanya, cemburu?"
Juan tertawa mendengar kalimat itu disebutkan ayahnya dengan nada datar. "Bapak cemburu sama Ibu?"
"Ndak boleh? Anak Bapak sama Ibu itu cuma Mas Juan. Ya harus rebutan kita."
Juan berdiri saat ada salah satu orang yang memasuki masjid. Dengan ponsel terjepit di antara pundak dan telinga, Juan melipat sarungnya. "Mas Juan tuh kaya apa aja direbutin."
"Setidaknya bentar lagi anak Bapak Ibu udah jadi dua. Udah impas kita gak rebutan lagi."
Juan masih enggan untuk mengurai senyum, rasa bahagia mengawali pagi akhir pekannya dengan sempurna. "Amin. Bapak gimana? Resto masih buka juga? Dua hari yang lalu Ibu bilang Ibu abis ngomelin Bapak."
"Ibumu tuh gak pernah ada yang kurang ngelapornya."
"Bapak juga kenapa masih buka restonya?"
"Ndak buka. Bapak buka untuk orang yang take away. Bapak ndak nerima buat yang makan di sana."
Juan menghela napas. Tak dapat memungkiri jika keras kepala sang ayah menurun sempurna kepadanya. "Tapi Bapak masih tetep ke Resto? Apa controlling dari rumah?"
Sejenak Juan tak menerima jawaban.
"Bapak masih ke sana?"
"Besok ndak lagi. Bapak di rumah aja."
Juan memilih duduk di kursi yang tersedia. Luntur sudah senyumnya, hingga paras tampan itu kembali menjadi terlihat dingin. "Gula darah Bapak?"
"Normal Mas Juan. Normal. Bapak ndak ada keluhan. Tanya Ibu kalau ndak percaya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Next To You
Ficção Geral[COMPLETED] [RenRyu - Lokal AU] Arjuan Rafisqy seorang dokter residen yang menjadi salah satu tenaga medis sukarelawan terkait wabah virus di dunia. Keputusan ini ia ambil sepihak tanpa memberitahu keluarga dan tunangannya, Rania Alisha. Lantas, sep...