00. Epilog

933 68 16
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

20 APRIL 2020

HARI KE-51 COVID19 DI INDONESIA

Seperti kebiasaan pada umumnya, pihak yang mengatur adalah perempuan. Bermodalkan teknlogi canggih yang bisa melakukan panggilan vidio dengan banyak orang, Rania, Mama, Lia, Ibu dan Tasya sedang berkonsultasi perihal penundaan pernikahan.

"Jadi udah tau sampai kapan kepastian buka gedung lagi?" ini pertanyaan Mama.

"Rania sama Juan kan pake ballroom dari hotel ya, Tante. Ini kebijakan dari hotelnya juga belum tau kapan pastinya. Tapi kalau denger kabar temen-temen aku yang clientnya nikah di gedung serbaguna, Oktober baru buka."

"Lama juga ya," Ibu menyahuti. "Terus kalau masalah catering gimana? Soalnya yang paling ribet emang masalah itu doang."

"Bener tuh Ibu Juan!"

Rania menatap Lia, sedang yang ditatap malah sibuk mendengarkan celotehan mertuanya.

"Kalau catering itu bisa ngikut dari hotelnya. Pokoknya Tante jangan terlalu dibawa pusing. Aku pasti bakalan bantu sampai acara ini tuntas."

"Yakan emang tugas kamu."

Rania menatap horror pada Mamanya, "Ma!"

"Lho, Mba Tasya kan WOnya, jadi kita itu emang tinggal nerima reportnya aja. Benerkan, Ibu Juan?" Mama terlihat jelas menggebu-gebunya, tipikal orang Sumatera

Anggukan pelan dari Ibu menyetujui perkataan Mama. "Kalau bisa info apapun diberitahu ya Mba Tasya. Biar kita juga bisa ngitung tanggalan baiknya kapan pernikahan ini bisa dilaksanakan," tutur Ibu lebih tenang.

"Mba Tasya, ada kenalana buat acara tujuh bulanan?" Lia begitu saja bertanya.

.

.

24 APRIL 2020

HARI KE-55 COVID19 DI INDONESIA

Rania sudah terhubung dengan Juan diseberang sana. Sengaja atau tidak, perempuan itu memperliahtkan lauk yang terhidang di meja.

"Gak usah pamer!" keluh Juan.

"Kak Lia sama Mama masak sahur udah kaya mau ngundang satu komplek!" masih belum ada pertanda menyerah untuk memenasi Juan. "Mas Juan sahur pertama pake apa?"

"Pake rasa sedih karena dipamerin makanan enak sama tunangan sendiri!" nada ketus itu mengundang tawa Rania.

"Nanti aku kirimin deh," sudah berganti tampilan layar di ponsel Juan.

"Pas buka?"

"Pas imsak," pagi ini rumah Laiv dipenuhi dengan tawa renyah si bungsu.

"Adek, bangunin Papa sana!" Mama masuk ke ruang makan dengan membawa satu panci sup.

"Dadah Mas Juan!" Rania benar-benar bersemangat dini hari ini.

"Siniin HPnya, Mama mau pacarana sama Juan."

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang