16. Hari Ke-34

423 74 39
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

JUMAT, 03 APRIL 2020

HARI KE-34 COVID19 DI INDONESIA

Setelah menerima penjelasan lebih lanjut sehabis menjalani rapid serologi base test, Juan bisa saja pulang ke apartemennya tak perlu menginap di hotel yang disediakan. Tapi tak ada salahnya menikmati fasilitas pemerintah.

Juan disambut dengan kamar kosong, namun ada tas yang berada di sana. Tentu saja fasilitas seperti ini tidak VIP, apa yang Juan harapkan dengan mendapatkan fasilitas gratis?

"Apa ngehubungin Dokter Fahri ya? Biar sekamar?" Juan melangkah memasuki kamar, meletakkan ranselnya di atas ranjang kosong.

Sejenak ia nilai kamar ini melalui penglihatan. Senyumnya terkulum dan memaklumi. Ponselnya di dalam saku berdering, Juan segera mengambilnya. Melihat nama si pemanggil, Juan menjawab panggilan tersebut dan mengaktifkan loudspeaker.

"ARJUAN!" itu suara Chandra.

Juan bergumam, sembari mengeluarkan beberapa keperluan untuk mandi. "Waalaikumsalam."

"Iye Assalamualaikum."

"Kenapa?" tanya Juan singkat.

"Rania PDP?"

Raut wajahnya berubah. Juan terlihat ingin menghindar dari kenyataan itu sejenak. Kembali dia terdiam, bekelana di dalam kepala.

"Halo Arjuan! Lu di sana gak sih bor?"

Juan mengerjapkan matanya, menatap pada ponsel di atas ranjang. "Iya." Juan menggaruk belakang telinganya "Iya, Rania PDP. Ada di wisma atlet. Kenapa? Mesya baik-baik aja 'kan? Mereka kan satu kantor."

Terdengar Chandra yang mendengus. "Ngapain lu nanyain cewe gue pas lu gak ada buat cewe lu sendiri? An, gak kaya gini cara mainnya kalau mau nyakitin cewe."

"Siapa yang mau nyakitin Rania?" Juan tersulut dengan ucapan Chandra.

"Cewe lu butuh lu. Dan lu dari semalam gak ada ngehubungin dia. Terakhir ketemu, lu malah ngebentak dia. Lu tau gak semalaman cewe lu nangis nelpon cewe gue! Jangan kaya anjing!"

"Jaga omongan lu!" Juan kepal tangannya menagan emosi.

"Lu tuh yang turunin ego lu! Lu dah yang lebih tau gimana kondisi yang Rania hadepin sekarang, tapi lu kaya mas bodo!"

"SIAPA YANG MASA BODO?" Juan dengan lepas kendalinya membentak.

"Lu! An, kalau cape atau ada pikiran jangan salah lampiasinlah. Itu Rania, bukan orang lain yang bisa lu bentak. Bukan gue yang gak peduli lu ngebentak. Lu yang bilang kalau dia kaya berlian, terus lu ancurin."

Juan usap mukanya kasar. "Lu nelpon gue cuma buat ngocehin ini? Lu urus aja dah masalah lu sendiri."

"Eh, bangsat! Gue juga gak peduli ya masalah begini. Kalau bukan karena cewe gue yang nangis juga ngelihat sahabatnya nangis cuma karena lu. Lu sahabat gue!"

Juan tak lagi ingin menyahuti Chandra.

Chandra pun terdiam sejenak. "Sorry bor. Gue cuma gak mau kalian gini. Gue kenal sama lu lebih lama dari cewe kita sahabatan. Lu kalau dibiarin ngehindar, bisa bablas. Rania butuh lu, bor."

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang