30. Hari Ke-48

417 67 18
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

JUMAT, 17 APRIL 2020

HARI KE-48 COVID19 DI INDONESIA

Sekarang sudah jam satu dini hari. Suami istri itu sedang berdebat di depan kamar Rania. "Bangunin Mama Papa dulu."

Lia balikan tubuh suaminya kembali berhadapan dengan pintu kamar Rania. "Udah besok aja bagian Mama Papa."

Laiv menoleh pada istrinya, "kalau dimarahin Mama, Abang gak tanggung jawab ya."

"Iya!" tepukan cukup kuat menyapa pundak kiri Laiv. "Pelan-pelan buka pintunya."

Laiv memutar begitu perlahan engsel pintu kamar adiknya, mendorong tak kalah hati-hati. Lia dengan senantiasa mengikuti di belakang, kaki keduanya bahkan berjinjit saat melangkah.

"Lebay banget sih. Kita jungkir balik juga dia gak bakalan bangun." Lia sadar tingkahnya sedikit berlebihan untuk tidak membangunkan Rania.

Laiv melongo melihat sang istri berjalan dengan santainya hingga sampai di samping ranjang Rania.

"Untung pakaian tidurnya gak serampangan," Lia sibak selimut yang menutupi tubuh Rania. "Pake bra juga. Tau kali mau dijahilin."

Laiv baru tiba di samping Lia, dia bertahan dengan jalan berjinjit yang mengendap-endap. "Gendong sekarang?"

Laiv lakukan peregangan lengan dan jari-jari, yang membuat Lia jengah melihat tingkah berlebihan suaminya itu. Laiv sibak selimut bewarna abu-abu tersebut, menyelipkan lengan di tengkuk dan lipatan lutut Rania, lalu membawa adiknya itu keluar kamar.

"Kenapa gak ngasih kejutan di kamar aja?"

"Gak, bahaya. Nanti kamarnya kotor, terus nanti mereka malah berduaan di dalam kamar. Udah gendong aja, kaya adeknya yang berat ampe protes."

Laiv menunggu Lia menutup pintu, "kalau ngoceh makin seksi deh."

"Gak mempan." Lia menuntun Laiv untuk menuruni tangga perlahan.

Di lantai bawah, tepatnya ruang tengah, Juan sudah menunggu dengan banyak persiapan. Ada banyak balon yang tertempel, lilin di lantai, telivisi yang menyala seperti akan menayangkan sesuatu, dan kue ulang tahun di meja.

Wajah Laiv memerah menahan beban. Bukan karena Rania yang berat, tapi tenaga yang digunkananya untuk turun tangga tengah malam ini menjadi berkali lipat.

"Mau gentian, Iv?"

"Makasih!" jawaban ketus itu lantas membuat Juan menahan tawa geli. Laiv jatuhkan dirinya di sofa yang empuk, lupa jika dalam dekapannya masih ada Rania yang meringkuk nyaman. "Ya, ini Adek dipangku gini? Leher Abang sakit ini dipeluk."

"Yaudah pangku aja," Lia perhatikan sekitaranya, lalu mengingat sesuatu yang terlupa. "Lilin buat kue!" wanita hamil muda itu kembali berlari ke kemarnya.

"Mau gentian gak, Iv? Kapan lagi gue nawarin kebaikan ama lu."

Laiv menggeleng, jangan lupa dengan senyum mencibirnya. "Lu suka mesum kalau gue kasih kesempatan."

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang