22. Hari Ke-40

380 72 16
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

KAMIS, 09 APRIL 2020

HARI KE-40 COVID19 DI INDONESIA

Juan tampak menikmati waktunya mengendarai mobil di pagi hari yang cerah ini. Tidak! Dia tak menikmatinya, laju mobil itu kencang dan tak terkendali. Remasannya kuat pada stir mobil. Juan tahu jika Jakarta Timur ke Jakarta Utara itu jauh, tapi sekarang terasa semakin jauh.

Pagi ini Juan mendapatkan pesan dari Laiv beriskan penjelasan yang membuat Juan hilang akal detik itu juga.

"An, gue gak bisa nelpon lu. Adek demam tinggi subuh tadi. Tolong liatin, ya. Sama pihak sana kita gak boleh ngelihat, mereka cuma ngasih kabar. An, pastiin adek gue baik-baik aja."

Juan terlihat ahli dalam memarkirkan mobilnya. Tergesa-gesa geraknya untuk masuk ke dalam gedung. Sempat linglung mencari sesuatu, Juan justru mengingat jika dia belum menggunakan masker. Setelah alat pelindung itu terpasang, Juan dekati meja informasi.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Juan tak menjawab, tangannya sibuk meraba tubuhnya, dan menarik sesuatu dari dalam saku celana. Sebuah tanda pengenal dari rumah sakit tempat Juan menjadi sukarelawan. "Tanggal 2 April kemarin saya merujuk salah satu pasien saya ke sini, atas nama Rania Alisha. Saya dapat kabar dari dokter yang menangani di sini jika pasien saya demam tinggi. Saya boleh periksa keadaannya?"

"Sebentar saya periksa dulu data pasiennya, Dok."

"Saya Dokter Arjuan Rafisqy. Pasti ada di sana."

Juan terlihat tidak sabar menunggunya.

"Tower dan kamar berapa?"

Suster tadi berdiri dari duduknya, "Dokter Arjuan sudah menghubungi dokter yang bertugas untuk pasien Rania?"

Juan tidak ingin berbohong terlampau banyak. Tapi jika itu diharuskan, Juan akan melakukannya. "Sudah. Yang menghubungi saya Dokter Anwar." Bagaimana dia mengetahui itu.

Suster tadi tersenyum. "Ini untuk kamar pasien Rania. Untuk pemasangan APD, dokter bisa naik satu lantai." Secarik kertas diberikan dengan informasi nomor kamar dan tower.

"Terima kasih." Juan berlari meninggalkan tempat itu, tak peduli dengan alat pelindung diri. "Untung aja di hasil test semalam ngelihat nama dokternya," dia mengetahui dari sana.

Butuh sekiranya waktu dua puluh menit bagi Juan mencari kamar Rania. Itu ia lakukan bahkan sudah dengan berlari, sedikit tersesat, mengumpat, meminta maaf, menghindari orang-orang. Intinya, pagi ini dia menjadi Arjuan yang kacau.

Dia tiba di depan sebuah pintu, tidak seperti pintu rumah sakit yang memiliki kaca di tengah, ini seperti pintu biasa. Tentu saja, ini tempat istirahat awalnya. Juan mengatur napas dan mengetuk pintu.

"Masuk!"

Akhirnya senyum itu terlihat saat mendengar suara lemah Rania. Juan tahu ini tak akan berhasil, dia menelpon Rania, menunggu sesaat sebelum paggilannnya diterima.

"Assalamualaikum Mas."

"Waalaikumsalam. Lesu banget, sakit?"

Juan berharap Rania jujur padanya. "Gak, ini baru bangun."

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang