02. Hari Ke-20

631 109 7
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

JUMAT, 20 MARET 2020

HARI KE-20 COVID19 DI INDONESIA

"Makin banyak aja yang meninggal."

"Ini pemerintah nunggu pada mati dulu baru dilockdown Indonesia."

"Ya emang kalau dilockdown udah siap nanggung konsekuensinya? Indonesia gak bakalan siap buat danain orang yang cari nafkah harian."

"Buat yang lain aja ada dananya. Gue sih masih tetap nyalahin pemerintah."

"Ya pemerintah juga udah nyuruh di rumah. Ya di rumah aja kalau emang gak penting. Manusia Indonesia kan emang ngeyelan."

Hari ini Rania tidak ikut andil dalam perdebatan makan siang. Biarkan mereka saling melempar argumen, dan merasa apa yang mereka ucapkan adalah sebaik-baiknya pilihan. Bekal makan di hadapan Rania hanya dipandang kosong. Tak tersentuh barang sedikitpun masakan nikmat dari kakak iparnya itu.

"Rania tumben diem aja." ujar salah seorang rekannya.

"Lagi kalem dia, Bu." rekan prianya yang menyahut.

Rania tatap seluruh rekan kerjanya. "Lagi pusing gue tuh."

"Apasih yang dipusingin? Gajian? Masih lama!"

"Maaf anak sultan can't relate nungguin gajian." Rania kembali dengan keangkuhannya. Tidak, itu hanya sebuah guyonan.

"Terus apa. Rania pusing kenapa?"

Rania tersenyum tipis seraya menggeleng. "Gak kenapa-napa."

"Tadi katanya pusing, sekarang gak. Labil nih anak." Rania terbiasa menanggapi celetukan seperti itu dari rekan kerja lelakinya. Bukankah itu bagus, tak ada alasan untuk meninggalkan Juan. Selain karena Juan terlalu tampan, mapan dan dermawan.

"Udah makan sana. Makin puyeng gue denger omongan lu."

"Oia, pacar Rania dokter, 'kan?"

Mata Rania terpejam saat tanya itu terdengar. Tolong, dia tak ingin merasa semakin gundah. "Iya. Kenapa Bu?"

"Gimana? Kali aja dia tau kan kondisi sekarang dari temen-temennya yang ikutan."

Itu bukan sebuah pertanyaan yang salah karena wanita itu tak tahu kenyataannya. Namun itu sangat salah bagi seorang Rania. "Semalam dia bilang pasien makin banyak, sebagian pada ngeyel. Denger dari dokter petinggi juga bakalan ada pelebaran area pemeriksaan. Mereka dapet makan malam juga, samalah kaya yang diberitain."

"Terus yang katanya tenaga medis pada tumbang itu gimana, Ran?" manusia hidup dengan rasa keingin tahuan yang tinggi.

Rania tutup bekal makannya, dan beranjak dari duduk. "Iya ada yang tumbang. Doain Mas Juan yang lagi tugas ya. Baru masuk kemarin sih jadi dokter sukarelawan."

Rania tinggalkan kecanggungan yang terjadi di antara teman-temannya. Namun masih samar terdengar sahutan akan pernyataannnya tadi. "Pantes murung, Masnya lagi tugas di sana."

Rania memacu langkah keluar pantry kembali menuju ruangannya. Bekal makan penuh itu terhempas di mejanya, kepalanya direbahkan di atas meja. Tak ada isak yang mengiringi air mata. Erat matanya terpejam, sembari tangan meraih ponsel di saku celana.

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang