14. Hari Ke-32

376 66 19
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

RABU, 01 APRIL 2020

HARI KE-32 COVID19 DI INDONESIA

Pagi ini Rania turun ke lantai bawah masih dengan pakaian tidurnya yang lusuh, rambut yang diikat asal, sisa air sehabis mencuci muka masih ada di bagian dahi. Rania tidak seperti karyawan swasta yang siap untuk bekerja.

"Loh, Adek gak kerja?" tanya Lia yang sedang menyiapkan sarapan untuk kedua mertuanya.

Rania bergerak mendekati dapur, membuka kulkas dan mengambil botol berisi air dingin. "Rabu kamis WFH." Jawabnya akan tanya Lia sebelum menegak minuman.

"Pagi-pagi minumnya air es. Udah dibilangin ntar amandel kambuh masih ngeyel."

Rania merengut manja, meletakkan botol minum yang kini terisi setengah. "Ya kan sekali-kali. Kak Lia bikin apaan?"

"Papa kemarin mau tuna mayo. Kalau Mama kan nurut aja, semua juga dimakan."

Rania mengambil susu kotak yang berada di kulkas, mengambil kotak berisi cornflakes, mempersiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

"Makan di sini Dek, jangan bawa-bawa ke kamar." Lia terlalu mengerti kebiasaan Rania.

"Gak enak makan di sini. Ngeliatinnya muka Kak Lia, jadi gak napsu makan."

"Ini Kakak lagi ngiris cabe nih!" gerutu Lia setelah menghentikan kegiataannya.

Rania tertawa puas sudah merusak pagi kakak iparnya. Mangkuk kuning berukaran besar itu sudah berisi sereal yang terendam susu sepenuhnya. "Kak, cangkir kuning aku mana ya?"

"Dipinjem pak RT."

"Kok?!" Tak adanya jawaban dari Lia hanya membuat Rania menyipitkan mata. "Dikit lagi lucu tuh. Garing bang-" balasan sarkasnya terjeda saat batuk.

"ADEK KALAU BATUK DITUTUP NAPA!" Lia bukan takut dengan gejala wabah virus saat ini. Dia hanya keturunan jawa asli yang terlalu anggun. "Walaupun di rumah batuk itu ditutup pake tangan atau lengan. Mau banget diuyel ini anak. Sana kerja, bikin orang tua naik darah!"

Rania tidak lagi melawan kakak iparnya untuk berdebat pagi ini. Matanya menatap jemarinya yang sedikit bergetar, dadanya sesak dan napasnya terasa memburu.

"Dek!"

Rania menatap Lia dan bergegas membawa mangukuk serealnya ke kamar. "Gak, gak. Gua gak sakit. Gak."

.

.

Hari ini Juan tak menghubungi Rania pada malam hari. Selepas memeriksa pasiennya dan beristirahat, Juan menerima pesan singkat dari tunangannya tersebut, jika dia senggang siang ini.

Tapi, bukan ini yang Juan harapkan ada dipercakapan mereka. "Adek sakit?"

Rania sedang bergulung di kasurnya yang nyaman, dengan lampu yang dimatikan. Rania menggeleng lemah untuk menjawab pertanyaan Juan. "Gak sakit, Cuma lemes."

"Masih menstruasi?"

Rania mengangguk tanpas semangat. "Tinggal sedikit. Mas lagi apa?"

"Lagi nelpon Adek."

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang