31. Hari Ke-49

588 69 41
                                    

ARJUAN X RANIA

.

McM

.

Happy Reading

.

.

SABTU, 18 APRIL 2020

HARI KE-49 COVID19 DI INDONESIA

Rania yang memaksa ikut, membuatnya terkurung di dalam mobil Juan sejak tiba di parkiran rumah sakit. Juan meninggalkanya sudah terhitung satu jam dari pukul 9 pagi tadi. Rania dapat membunuh bosan sendiri; dia bisa mendengarkan lagu, membaca cerita online, bermain homescape, berselancar di dunia maya, bahkan melihat vlog dari artis ternama Indonesia.

Rania sudah melakukan semuanya, dan Juan belum juga kembali. Rania memilih cara terakhir yaitu; menyalakan musik, merebahkan sandaran kursi, mengunci seluruh pintu, dan tidur.

Juan kira pertemuannya dengan Haris tidak memakan waktu lama, mungkin secara teknis prediksi Juan itu tepat. Hanya saja saat Juan tiba, Haris baru saja menangani pasien darurat. Juan bersedia menunggu di ruangan para residen. Ia sempatkan bertukar sapa dengan teman-teman yang masuk ke dalam ruangan itu.

Kepalanya sudah direbahkan di atas meja, menunggu dengan bosan. Pintu ruangan terbuka, Juan pandang tak minat siapa gerangan yang membuka.

"Dokter Juan," sapa Haris dari ambang pintu. "Ayo ke ruangan saya."

Juan seperti melompat dari tempatanya, belari mengejar langkah Haris. "Apa kabar, Dok?" sapanya dalam bentuk basa-basi setelah bersisian.

"Baik. Gimana liburannya?"

"Di rumah aja," jawabnya dengan jujur.

"Bagus, emang mau kemana lagi pas pandemi begini?" Haris membuka pintu ruangannya yang berjarak tak jauh dari ruangan residen.

Juan tanggapi dengan kekehan seraya mengikuti Haris masuk ke dalam.

"Duduk Dokter Juan," ucap Haris setelah mendudukan diri di kursinya. "Jadi gimana?"

Juan yang sudah duduk, seketika merasa gugup. Tangannya saling meremas bertumpu pada lutut. "Perihal yang waktu itu Dok. Apa saya boleh untuk tidak melanjutkan tugas yang dokter berikan ke saya?"

Haris yang semula memandang Juan, kini berpindah menjadi menatap kelender dinding yang tergantung. "Seperti ini Dokter Juan," barulah dia menatap Juan. "Saya udah bicara dengan kepala rumah sakit di sana. Mereka menyayangkan keputusan yang kamu ambil, tapi mereka juga tidak bisa memaksakan. Mereka meminta pengganti kamu jika memang kamu berniat untuk berhenti bertugas di sana."

Kini Juan terlihat bingung, tangannya menyisir rambut rapinya menjadi sedikit berantakan. "Berarti saya masih lanjut untuk kerja di sana, Dok?"

Haris mengangguk dengan wibawanya.

"Kira-kira berapa lama ya, Dok? Ini juga bukan keinginan pribadi saya, keinginan keluarga juga. Setidaknya saya ngasih gambaran jelas kapan tepatnya."

"Gini aja, hari ini udah jadwal masuk lagi, kan?"

Juan anggukkan kepala sebagai jawaban.

"Selama satu minggu kamu tetep kerja di sana, menunggu saya dan pihak rumah sakit untuk cari penggganti kamu."

Next To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang