11. Iqbal luluh?

71 6 4
                                    

"Bahagia itu sederhana. Ketika kamu memperlakukanku seperti seorang yang spesial aku sangat bahagia"

- Nada Triska Hermawan

****
^happy reading^

Hari weekend yang di tunggu-tunggu semua orang pun akhirnya tiba. Hari itu biasanya dilakukan sebagian orang-orang dengan bermalas-malasan. Memang enak sekali untuk bermalas-malasan.

Tapi tidak dengan Nada.Ia menyingkirkan mood malasnya untuk berlari pagi. Ia memilih untuk mengitari jalanan kompleksnya.

Tadinya ia akan ditemani oleh sang kakak untuk berlari pagi itu. Tapi ternyata sang kakak harus ada urusan sepagi itu di kantornya. Jadi Nada sendirian deh.

Ia menggunakan Training dan baju warna hitam dengan plat putih.

Cantik bukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantik bukan.

"Mending gue ke lapangan kota aja sambil kuliner" monolognya.

Lalu ia berlari-lari kecil kearah lapangan kota.

Ia melirik ke kanan dan kekiri banyak orang-orang seumuran dengannya joging berpasang-pasangan.

Ia tersenyum kecut.

"Gue kaya jomblo ya" monolognya.

"Eh emang bener juga sih Haha" lalu di iringi tertawa garing.

Dipinggir-pinggir trotoar ada banyak penjual-penjual kaki lima. Setiap Weekend pasti trotoar itu beralih fungsi jadi tempat kuliner.

Nada melangkahkan kakinya ke lapangan kota itu. Ia menduduki sebuah kursi yang ada disana.

"Gue udah joging tapi belum juga berkeringat" gumamnya.

"Eh itu kaya ka Iqbal"

"Sendirian lagi"

Mata Nada berbinar. Ia bersemangat ketika ia melihat Iqbal.

"Hey kak Iqbal!" Serunya semangat.

Iqbal celingukan mencari sumber suara.

"INIII INIII !" teriak Nada sambil mengacungkan tangan dan menghampiri Iqbal.

Iqbal malu, sangat malu ketika ia di hampiri oleh Nada. Bagaimana tidak malu? Karena ia dan Nada menjadi pusat tatapan aneh dari orang-orang.

Untuk ke sekian kalinya Iqbal memutarkan kedua bola matanya ketika melihat Nada. Entahlah mungkin itu adalah hobinya.

"kak sendirian aja"

Iqbal menaikan satu alisnya.

"Hehehe" Nada pun cengengesan.

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang