18. Menjauh

81 4 4
                                    

"Aku harusnya sadar. Bahwa aku harusnya menjauh bukan malah terus masuk kedalam ranjau itu terus menerus"

-Nada Triska Hermawan

----
Happy reading
----

"NADAAAAAAA!" ucap sahabatnya di ujung koridor sekolah.

Nada dapat melihat sahabatnya itu lari dengan wajah yang kesal. Ia terkekeh melihatnya.

"Apa bangsat!" kekeh nada.

"Anjink ya maneh!"

Nada hanya membalas dengan menjulurkan lidahnya.

Mereka sampai pada kelasnya lalu duduk di bangku mereka.

"Gila ya lo. Jadian sama si ka dim ga ngasih tau" protes Mia.

"Lah? Ya maap.. Tau dari mana?" tanya Nada.

"Makanya on bukan nolep terus !" Ucap Mia.

"Noh" Ucap mia seraya menyodorkan hpnya.

Wajah Nada datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Nada datar. Tidak menunjukan ekspresi kaget.

"yodah sih" ucapnya santai.

"EH GILA DASAR!"

"Kenapa Mi?" tanya septi yang baru memasuki kelasnya.

"Eh njir kirain sapa" ucap Mia.

Septi menggedikan bahu acuh.

"Nad lu pacaran sama si —"

"Kan ini juga lagi ditanyain sama gue" potong Mia.

Septi mendelik kepada mia

"Ya menurut kalian? Emang gue harus terus-terusan berada dalam zona sakit hati?" jelas Nada.

Kedua temannya cengo.

Prok prok prok

"Ini baru namanya sahabat gue" bangga Mia.

"Hooh ini sahabat gue" timpal Septi.

Lalu mereka berdua memeluk nada. Hingga terjadilah adegan teletabis.

Mereka tak tahu apa yang Nada fikirkan. Sebenarnya hatinya tidak singkron dengan mulutnya.

lain di mulut lain di hati.

"eh tapi? Gue takut lo cuman di jadiin taruhan kayak dulu waktu ka Iqbal ngajak lo ngantin bareng itu lho" Ucap mia yang langsung melepaskan pelukannya itu.

****

"Nad ayoo ngantin"

"Pj loh pj!" ucap Mia histeris.

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang