36

2.4K 167 7
                                    


“Huaaa, oma… uncle Sean jahat” rengek Aluna pada Adila yang kini tengah memasak.

Adila pun menghentikan kegiatannya, dan berlutut mensejajarkan posisinya dengan Aluna.
“Kok nangis sih sayang? Kenapa, uncle Sean nya jahatin Aluna? Coba cerita sama oma” Tanya Adila mengusap air mata yang membasahi pipi gembil Aluna, lalu merapihkan poni cucu nya tersebut.

“Masa uncle Sean bilang dia mau ke Paris, hiks… kan baru kemarin pulang dari Italy, kenapa sekarang pergi lagi, huaaa”

Sean yang baru saja datang hanya berdiri dan bersandar di tiang mini bar yang letaknya tak jauh dari dapur. Adila pun melirik ke arah Sean dengan tatapan menuntut.

Sean pun menghela napas.
“Mi, ini bukan salah Sean. Mami harusnya tanya Kevin, kenapa bikin jadwal meeting nya secepat ini” protes Sean jujur.

Sean memang tangan kanan Kevin dalam urusan perusahan yang ada di luar negeri. Karena memang saat ini perusahaan yang Kevin tangani sudah membuka cabang di berbagai negara, alhasil ia harus memiliki tangan kanan yang harus selalu siap untuk menangani perintahnya. Sean yang juga merupakan salah satu pewaris di keluarganya, mau tidak mau harus menuruti semua itu.

“Aluna sayang, sekarang dengarkan oma ya.
Uncle Sean ke Paris itu bukan untuk main-main, nanti kalau uncle Sean udah selesai kerja, pasti bakal pulang lagi kok, sekarang Aluna mandi terus habis itu kita makan sama-sama ya”

Aluna pun mengangguk, namun masih belum bisa sepenuhnya menerima. Ia pun meninggalkan oma nya, berjalan dengan menundukkan pandangan nya.
“Mbok Surti, temani Luna mandi ya?” pinta Aluna pada bi Surti dengan nada sendu nya. Bi Surti paham, saat ini nona kecilnya itu sedang dalam mode ngambek dengan uncle nya, jadi ia tidak ingin mandi dengan unclenya. Yang biasanya ia hanya ingin di temani oleh unclenya untuk mandi jika Sean memang sedang di rumah.

Bi Surti pun mengangguk, menuruti keinginan Aluna.

***

Aluna saat ini tengah melukis di taman belakang rumah nya, dengan di temani Bi Surti. Tangan mungil Aluna seakan terlatih dalam mengoleskan cat dengan kuas tersebut membentuk sebuah lukisan yang begitu indah pada Canvas yang ada di hadapannya.

Sudah tiga hari lamanya Aluna seperti ini, ia mendadak menjadi irit bicara dan bahkan sangat sulit untuk di bujuk makan. Sebelum Kevin yang bertindak, Aluna pun tidak ingin makan apapun. Seperti saat ini, Bi Surti sudah sejak tadi membujuk Aluna untuk berhenti melukis, dan segera makan. Namun, ucapan bi Surti seakan menjadi angina lalu bagi Aluna.

Adila saat ini mendekat, dan memberi kode pada bi Surti untuk masuk. Di belainya pucuk kepala Aluna, dan melihat beberapa canvas yang sudah bertebaran di sekitar Aluna. Adila sangat bangga melihat hasil karya dari tangan sang cucu nya yang terbilang sangat bagus. Ia bahkan tidak pernah di masukkan les melukis, namun Aluna seakan memiliki bakat yang sudah tumbuh pada dirinya saat setahun terakhir.

“Aluna, cucu oma yang cantik. Makan dulu yuk sayang, kamu belum makan siang, nanti kalo perut nya sakit lagi gimana?”

“Biarin aja, kalo Luna sakit, uncle Sean pasti pulang buat jengukin Luna” ujar Luna sendu.

Adila menghela napas.
“Daripada nungguin uncle Sean pulang, bagaimana kalau kita aja yang susul uncle Sean ke Paris?”

Aluna seketika menghentikan kegiatannya, dan menoleh ke arah Adila sang oma nya dengan ekspresi senang.
“Beneran oma? Kita bakal susul uncle Sean ke Paris?” tanya Aluna yang kini menempatkan dirinya di pangkuan Adila setelah meninggalkan peralatan melukisnya.

Adila tersenyum, “Dengan syarat, cucu oma mau makan dan tidak irit bicara lagi”

“Janji?”

Guid Me Mr.Doctor (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang