Bagian 15

1.2K 117 11
                                    

Tiara tengah menunggu ada notifikasi diponselnya berbunyi. Tangannya mengelus  Nyom Nyom boneka pemberian Nuca.

"Nyom kira kira aku bakal malam mingguan kemana?"

"Ti, Nuca didepan, cepet sebelum papah mu ambil catur"

Tiara dengen cepat membaringkan Nyom Nyom dan mengambil tasnya. Langkahnya ia percepat agar tidak kalah dengan papahnya.

"Mau kemana sih buru buru anak papah?"

"Takut papah duluan ambil calon mantu papah main catur" Tiara dengen cepat menggandeng tangan Nuca

"Yaudah sana jalan, jangan kemalaman ya pulangnya"

"Gak Om nanti jam 8 udah nyampe sini"

"Lah kok gitu, gak malam mingguan dong kita?"

Nuca tersenyum tipis kearah Tiara yang masih setia menggandeng tangannya.

"Gak papa, yok jalan"

Sebenarnya ini menjadi malam minggu pertama untuk Tiara bisa keluar dari rumah tidak dengan orang tuanya. Jika biasanya Tiara hanya menghabiskan waktu bersama keluarga atau berdiam diri dikamar sekarang ia memiliki seorang Nuca yang menemani malam minggunya

"Anak papah udah gak jomblo lagi nih"

"Udah ah Nuc, sebelum papah makin aneh aneh"

"Kita jalan ya Om, Assalamualaikum"

Nuca dan Tiara mencium tangan papah Tiara sebelum pergi.

......

Sinar terik matahari cukup membuat gerah penumpang bus sore itu. Beberapa kali keringat mengalir melewati pipi Tiara. Nuca paham membawa Tiara naik bus seperti ini bukan ide yang baik tapi tidak ada pilihan lain.

Tangan Nuca terulur menyeka keringat disudut kiri wajah Tiara. Mata mereka sempat bertemu beberapa saat sebelum Nuca yang memutuskannnya lebih dulu.

"Maaf bawa kamu naik bus panas panasan gini" Nuca merasa bersalah

"Gak papa Nuc aku suka tapi takut make up ku luntur aja" jawab Tiara sambil tertawa kecil

"Gak dandan aja kamu udah cantik" ucap Nuca datar

Tiara menatap lelaki disebelahnya itu, ia ingin bahagia dipuji Nuca tapi melihat ekpresi Nuca yang datar Tiara bingung.

"Kamu lagi muji atau apa sih Nuc?"

"Aku lagi muji"

"Dengan ekspresi kaya gini?" Tanya Tiara bingung

"Iyaa" jawab Nuca yakin

"Kamu marah gimana Nuc?"

Nuca diam, ia berpikir sejenak. Sebenarnya Nuca tak begitu memahami ekspresi wajah yang ia tau semua itu datang dari hatinya.

"Kaya waktu malam ulang tahun sekolah yang kamu sama kak Cristo"

Kerutan dikening Tiara terlihat jelas, bagaimana ekpresi seperti itu Nuca sebut ia sedang marah? Tiara rasa ekpresi Nuca selalu sama kecuali saat ia tersenyum.

"Jadi itu kamu lagi marah?"

Nuca mengangguk yakin tapi sayangnya Tiara malah tertawa.

"Kamu yakin itu marah? Kok sama aja sih Nuc kaya sekarang, kaya hari hari kamu"

"Masa sih?"

Tiara mendekat dan menarik kedua sudah bibir Nuca membuat lengkungan senyuman khas milik Nuca.

CrossroadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang