Bagian 11

1.1K 117 14
                                    

"Udah ah Kei akau gk mau lagi"

Keisya ikut berdiri disamping Tiara.

"Kenapa sih? Katanya mau tau isi hati Gian"

Tiara menatap Keisya yang juga menatapnya.

"Ya tapi aku gak tega"

Entah kenapa senyum Keisya terlihat menyeramkan kali ini.

"Gak tega atau kamu luluh gara gara boneka kemarin?"

Tiara membulatkan matanya, ia tidak dapat bohong dan Keisya benar ia luluh begitu saja melihat boneka lucu pilihan Nuca yang ia beri nama Nyom Nyom.

"Gak juga, udahan aja Kei, kaya anak labil aja gini"

"Kita udah mulai Ti lagian kan emang kamunya labil, udah ya aku mau kekelas Fahmi"

Tiara ditinggal begitu saja didepan ruang kelas Keisya. Sebenarnya Keisya meninggalkan Tiara agar obrolan mereka tidak berlanjut, Keisya rasa ini waktu yang tepat untuk Nuca mendapatkan seseorang yang ia cintai selain dirinya. Keisya sebenarnya tau perasaan Nuca tapi sayangnya ia terlalu lama menunggu sampai seseorang datang merebut hatinya dan dia tak ingin kisah itu terulang pada Tiara.

......

Tiara membongkar isi tasnya tapi tidak ia temukan hasil kerja tangannya untuk pelajaran seni budaya.

"Cari apa Ra?" Tanya Ziva disampingnya yang sedari tadi menatap Tiara

"Masa ketinggalan"

"Apa lagi yang ketinggalan?"

"Itu sulaman aku"

Ziva menepok jidatnya tak percaya dengan temannya ini, Tiara anak yang pintar hampir semua mata pelajar ia kuasai kecuali olahraga namun sayang kadar pelupa dalam otaknya cukup tinggi.

Sebuah plastik hitam Nuca sodorkan diatas meja Tiara. Nuca lalu pergi begitu saja kembali kemejanya. Ziva membuka plastik hitam itu, isinya sebuah dompet yang dibuat dari kain planel dan dihiasi beberapa manik manik disampingnya, untuk seorang Nuca rasanya tidak cocok menggunakannya.

Didalamnya pun terdapat sebuah kertas yang Nuca tulis, Ziva memberikannya pada Tiara. Lihatlah, Nuca jarang sekali berinteraksi dengan Tiara dilingkungan sekolah dengan suasana kelas yang cukup ramai seperti ini.

"Kamu jelasin nilai ekonomisnya adalah dapat dijual kembali dengan harga terjangkau dan menanggulangi sampah kain" Tiara tersenyum membacanya

Tunggu, apa Nuca memiliki dua hasil karya tangan? Tiara berjalan menuju meja Nuca untuk mengembalikannya namun sayang sang guru sudah masuk.

"Tugas minggu lalu udah selesai?"

Jawaban para siswa tidak kompak, ada yang mengatakan sudah atau sebagian lagi yang mengatakan belum.

"Yang belum silahkan keluar, masuk perpustakaan dan cari 100 seniman dan karyanya"

Tiara membulatkan matanya kaget, tugas itu terlalu berat ia lebih memilih berlari keliling lapangan dari pada harus membongkar isi perpustakaan.

Ziva dan Tiara saling melempar tatapan saat Nuca dan Richard berdiri dengan membawa buku catatan mereka.

"Ra Nuca kasih kamu kerjaan tangan dia?" Bisik Ziva

"Gak tau Va, gimana dong?"

"Ada lagi?" Tanya Guru Seni pada murid muridnya

Tiara hendak berdiri dari kursinya namun Nuca menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pada Tiara. Ziva dan Tiara sama sama membulatkan mata melihat Nuca keluar kelas bersama siswa lain yang tidak mengerjakan.

CrossroadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang