Pagi ini Bella berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi ke taman menikmati segala macam keharuman bunga. sebenarnya ada alasan lain yang sudah membuat Bella mulai berani berbohong kepada Roby, demi seorang pria.
Awalnya Bella sudah duduk di ayunan didekat taman bersama seorang pelayan dan seorang penjaga. Tapi sesuai denga arahan dari Marcel, Bella meminta agar kedua orang tersebut menjauh darinya.
Kehadiran Bella pun disusul oleh kedatangan mobil Marcel yang segera turun mendekati Bella yang terlihat malu-malu saat Marcel mencoba mendekatinya.
Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya Bella berkencan dengan seorang pria yang terlihat begitu maskulin dimata gadis polos itu.
"Apa aku membuat kamu lama menunggu? Isabella?"
bahkan suara Marcel pun mampu menggetarkan hati Bella saat pria itu menyebutkan namanya.
"Bella?" Panggil Marcel sekali lagi dengan melambaikan tangannya di depan wajah Bella yang masih termenung memandangi wajah tampan Marcel.
"Oh, t-tidak. Aku baru saja sampai di sini bersama pelayanku," jawab Bella.
Marcel yang menyadari kehadiran pelayan dan penjaga segera mengajak Bella untuk berkeliling sebentar menjauhi mereka agar Marcel lebih mudah mempengaruhi pikiran Bella.
Mereka berjalan kaki mengitari danau yang dikelilingi dengan banyak bunga yang membuat tangan Bella gatal ingin memetiknya.
"Kamu sangat menyukai bunga Bella?"
Perlahan tapi pasti Marcel mencoba mencari tahu tentang semua kehidupan pribadi Bella bersama Roby. Dia mulai dari pertanyaan sederhana tentang hal-hal yang Bella sukai.
"Tenntu, bahkan setiap hari papaku akan memberikan bunga untukku dengan jenis dan harum yang berbeda setiap harinya," jawab Bella yang masih terlihat sibuk memetik bunga.
"Aku yakin papa kamu pasti orang yang sangat baik padamu. Kamu pasti meneria banyak kasih sayang darinya." Lidah Marcel merasa terhina saat memuji roby.
"Bukan cuma baik padaku tapi papa adalah orang yang baik pada semua orang. Banyak sekali orang yang sudah dia bantu selama yang aku tau," jelas Bella yang tanpa henti-henti selalu mengagungkan sosok Roby.
Marcel hanya mengangguk seraya tersenyum kepada Bella. Padahal di dalam hati Marcel sudah merasa sangat muak mendengar omongan Bella mengumbar kebaikan Roby yang ia anggap omong kosong.
Ketika mereka sudah berjalan begitu jauh. Hujan deras turun tanpa memberikan pertanda. Hingga mau tidak mau Marcel dan Bella harus berteduh di bawah pohon besar. Marcel juga memberikan jaket miliknya kepada Bella.
Tidak mau melewatkan kesempatan, Marcel dengan gerakan lembut membawa Bella kedalam pelukan nya. Siapa sangka pelukan serta usapan lembut tangan Marcel pada punggung Bella di balas hal yang serupa oleh si gadis.
Karisma marcel memang sangat mudah membuat wanita manapun jatuh cinta padanya bahkan putri musuhnya sekalipun. Tidak ada yang bisa menolak pria setenang dan selembut dia. Padahal semua yang Marcel tunjukan hanya topeng.
Marcel semakin tersenyum karena baginya perlahan tapi pasti Bella akan semakin masuk kedalam Perangkap yang dia siapkan. Marcel sangat siap menjadikan Bella sebagai senjata untuk menghancurkan Roby.
"Teruslah masuk kedalam pelukan ku Bella lalu akan kubuat kau menderita dalam pelukan ini," bisik hati Marcel sambil membelai rambut panjang Bella.
Saat hari sudah semakin sore dan gerimis sudah redah Marcel membawa Bella ketempat semula mereka bertemu.
"Ikutlah kerumah ku Raka agar kamu bisa mengenal orang tuaku, mereka sangat baik terutama papaku,"ajak Bella.
"Aku tidak bisa ikut bersamamu hari ini Bella, maafkan aku," lirih Marcel.
"Baiklah aku mengerti kamu tidak perlu merasa tidak enak seperti itu."
Bella mengusap wajah tampan Marcel yang memasang senyuman nya kembali."Sifat mu yang pengertian semakin membuatku menyukai mu sayang," bisik Marcel ditelinga Bella yang membuat irama jantung gadis itu kembali tidak beraturan.
Setelah mereka berpelukkan Bella pergi bersama pelayannya dan begitu juga Marcel yang segera pergi karena merasa muak dengan semua sandiwara yang dia lakukan tadi.
***
Marcel yang telah sampai dirumah mendapati beberapa gadis sedang berbaris di ruangan pribadinya.
Ternyata para gadis itu adalah tawanan yang marcel culik dari berbagai desa dan sekolahan.Marcel ingin segera melepaskan semua rasa lelah, sakit dan emosinya malam ini lalu dia duduk dan memandangi setiap gadis dengan begitu tajam. Hingga pandangan Marcel terhenti pada seorang gadis yang tertunduk takut.
"Aku menginginkan dia yang berbaju merah." Marcel menunjukkan jarinya ke arah gadis yang berusia sekitar tujuh belas tahun.
"Tidak! Jangan aku, aku mohon. Aku tidak mau," lirih gadis itu terisak.
Gadis itu berusaha mengeratkan badannya bahkan sampai jatuh tersungkur dan di seret oleh pelayan. Namun dia tetap bersikeras menolak untuk melayani Marcel yang membuat para pelayan semakin kewalaha.
Merasa muak melihat drama di depan matanya. Marcel langsung membangkitkan tubuh bidangnya kemudian mendekat lalu berjongkok di hadapan gadis yang terus saja menangis dan berusaha menghindari sentuhan tangan Marcel.
"Menurut padaku kalau kau tidak mau cepat mati di sini!" Ancam Marcel sambil menjambak gumpalan rambut gadis itu.
Kemudian, tanpa rasa belas kasihan Marcel langsung menyeret korbannya masuk ke dalam kamar dan mulai melancarkan aksi penyiksaan dan pelecehan yang sudah menjadi kegiatan rutin baginya.
Terdengar suara erangan diiringi kesakitan dari dalam kamar itu yang membuat gadis-gadis lain diluar kamar merasa ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
Setelah puas Marcel melempar gadis tadi keluar dari kamarnya dalam keadaan setengah sadar dan tubuhnya yang penuh luka tanpa di balut sehelai benangpun.
Entah apa yang ada di dalam benak Marcel. Hingga karena rasa sakit dan depresinya terhadap kejadian di masa lalu kini malah mengubahnya menjadi seorang monster yang tak berhati. Dengan tega menjadikan para gadis tidak bersalah sebagai pelampiasannya.
Entah apa jadinya jika Isabella berhasil terjerat oleh perangkap Marcel. Akankah nasibnya serupa dengan para gadis tawanan Marcel?
Terkadang sedikit rasa sakit bisa menghancurkan banyak rasa cinta atau mungkin sedikit rasa cintalah yang bisa menyembuhkan semua rasa sakit. Semua tergantung dengan apa yang hati dan logika pilih.
==================
Jangan lupa vote dan komen untuk membantu mengembangkan karya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella - "A" series #1[END]
RomanceTamparan keras melayang dari tangan seorang pria yang tepat mengenai wajah seorang gadis dihadapannya. Gadis yang dia jadikan objek balas dendam untuk segala rasa sakit dan kehilangan yang ia rasakan. ================================ (Cerita ini men...