Amarah

24.2K 1.1K 15
                                    

Bella terbangun di pagi hari dengan rasa sakit di sekujur tubuh yang sudah sering dia rasakan sekarang. Perlahan matanya mengerjap saat silau cahaya matahari mulai menyeruak masuk dari celah tirai.

Mata Bella melihat seorang pria yang sedang berdiri di depan jendela kamar hingga tubuh pria itu seakan diselimuti oleh cahaya. Tentu saja Bella mengenali pria yang tengah berdiri gagah itu.

"Marcel."

Ya, dia adalah Marcel yang sejak tadi malam menemani Bella dalam tidur yang begitu nyenyak. Marcel terjaga sepanjang malam demi melindungi Bella agar istirahatnya tidak diganggu oleh Indira.

Mendengar suara  Bella memanggil namanya, Marcel menoleh lalu mendekati gadis itu bersama wajah dan sikapnya yang sangat dingin. Membuat hati Bella mendadak nyeri menarima sikap Marcel.

"Dokter akan kembali memeriksa mu. Sarapan mu akan sampai sebentar lagi," ucap Marcel. Kedua tangan ia masukkan ke saku celana.

Dalam keadaan tubuh yang sangat lemah Bella berusaha untuk duduk dan meraih tangan Marcel. Namun saat baru berhasil menyentuh ujung jarinya. Marcel malah mundur seakan tidak ingin bersentuhan dengan Bella.

"Kenapa?" lirih Bella.

Marcel hanya diam dan mengheningkan seisi kamarnya.

Tidak tahan melihat sikap Marcel yang begitu keras, akhirnya Bella berusaha untuk bangkit dan mendekati Marcel. Walaupun akhirnya dia harus terjatuh ke lantai karena kaki masih terlalu lemah untuk menopang tubuhnya.

Marcel sempat tersentak hampir ingin mengulurkan tangan pada Bella. Namun ia urungkan niat itu dan membuang pandangan kearah lain.

"Aku tau kamu baik, kamu peduli padamu, kamu juga tidak tega memperlakukan aku seperti ini. Tapi kenapa harus bersikap seperti tidak peduli? Kamu membuatku bingung." Bella tidak mampu lagi mehahan kata-katanya.

"Rasa percaya dirimu sangat tinggi padahal kenyataannya aku sama sekali tidak peduli pada omong kosong mu tentang cinta. Aku sama sekali tidak keberatan kalau kau mati," jawab Marcel.

"Jadi untuk apa kamu selalu menyelamatkan aku? Biarkan saja tadi malam aku mati!"

Marcel mengapit dagu Bella tanpa membantunya berdiri.

"Aku sama sekali tidak berniat menyelamatkanmu Isabella."

"Seharusnya biarkan aku mati dan itu jauh lebih baik dari pada aku di buat bingung oleh sikapmu yang tidak sesuai dengan omongan kamu sekarang!" Bentak Bella.

Marcel tersenyum miring saat melihat Bella menangis.

"Aku tidak mau kau cepat mati sebelum memastikan Roby hidup menderita memikirkanmu. Lagi pula tubuhmu ini masih mau aku nikmati lagi seperti wanita murahan di luar sana," ungkap Marcel.

"Aku bukan wanita murahan!" Sangkal Bella tapi Marcel malah beranjak pergi.

Tanpa peduli Marcel meninggalkan Bella yang masih menangis dengan rasa sakit ditubuh dan hatinya. Seharusnya Bella tidak perlu merasa sesakit ini jika dia tidak mencintai pria yangb sudah begitu tega menyiksanya.

Sudah setengah jam Bella menangis lalu pintu kamar terbuka. Tapi bukan Marcel yang kembali. Melainkan Inka datang memasuki kamar Marcel yang seharusnya menjadi area terlarang untuk di masuki siapapun kecuali Marcel yang mengijinkan.

Dengan tatapan bencinya Indira menendang Bella dan melemparkan sebuah gaun putih tepat di muka Bella. Sambil bertolak pinggang ia melihat Bella yang masih setia menangis.

"Setelah dokter datang, pakai gaun ini dan turun kebawah. Kau harus temui Marcel di ruang tamu!" Pintahnya.

"Aku tidak mau!" tolak Bella.

Isabella - "A" series #1[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang