Seperti malam sebelumnya Marcel kembali hilang gairah. Dia tidak lagi menyentuh para gadis tawanan. Ia habiskan waktu berkelahi dengan isi kepalanya yang berisik. Depresi Marcel kian menjadi saat itu.
Dalam keadaan bertelanjang dada serta rambut hitamnya yang berantakan. Marcel duduk di sudut kamar di temani banyak sekali botol minuman beralkohol. Marcel marah, sedih dan juga gelisah tak menentu.
"Seberapapun sakitnya aku terima Marcel. Aku cuma ingin mencintai kamu tanpa harus mendapatkan balasan serupa. Semoga dengan begini sakit hatimu bisa sembuh suatu saat nanti."
Di satu sisi Marcel teringat pada ucapan Bella.
"Aku sangat mencintaimu, aku jatuh cinta padamu setiap hari dan tidak akan pernah hilang bahkan sampai aku mati nanti. Aku pastikan cinta yang seperti ini hanya akan jadi milikku dan milikmu. Tidak akan kamu temukan pada wanita lain."
Tapi ingatan tentang masa indah bersama Inka juga terus berputar.
Marcel bingung tentang apa yang dia rasakan kepada Bella. Kenapa rasa benci itu sudah tidak kuat dan memburu lagi. Tapi sakit yang dia rasakan atas kehilangan Inka juga tidak bisa dia lupakan.
"Bodoh sekali kau Marcel, Bella itu cuma bersandiwara dengan wajah malaikatnya. Dia pasti akan menghancurkan mu sama seperti Roby bajingan yang dulu memohon pertolongan tapi akhirnya jadi penghianat!"
Dalam keadaan mabuk Marcel melangkah perlahan memegangi tembok menuju beberapa bingkai fotonya bersama Inka yang penuh tawa dan mesra. Air mata tidak pernah mampu dia tahan kala melihat semua itu.
"Cuma kamu yang benar-benar mencintai aku. Sampai kapanpun tidak akan ada cinta yang bisa menggantikan kamu. Tidak ada wanita lain yang akan mencintaiku selain kamu."
Bukan maksud Marcel berdusta tapi hati pria itu tidak sepenuhnya meyakini apa yang telah terucapkan. Karena sebenarnya Marcel bisa melihat cinta yang Bella tunjukkan. Hanya saja Marcel masih tidak mau mengakui itu.
"Baiklah kalau aku harus mati mencintaimu. Aku terima."
"Meskipun terlihat lemah tapi bukan berarti Bella tidak bisa mempermainkan mu."
"Aku bahagia menjadi istri kamu hari ini dan semoga aku adalah wanita pertama dan terakhir yang beruntung hidup bahagia bersamamu. Terimakasih untuk cinta dan juga kesetiaan kamu sampai detik ini Marcel."
Rasanya pecah sudah syaraf sadar Marcel hingga semuanya bercampur menjadi satu membuatnya bingung seorang diri. Marcel memukuli kepalanya sendiri hingga berdarah berharap suara riuh berhenti membuatmya bingung.
Beberapa saat dia teringat wajah, suara, tawa dan tangisan Inka yang membuat dendamnya membara kepada Roby dan Bella. Tapi di menit selanjutnya Marcel terbayang oleh tangisan pili Bella dan juga ungkapan cinta tulus gadis itu.
"Kenapa suara kalian memenuhi kepalaku. Diam!" Teriak Marcel sambil menutup telinga dengan kedua tangannya.
Depresi dan mabuk menjadi satu hingga Marcel menghancurkan semua benda yang ada di dalam kamarnya. Darah juga mulai membasahi tangan Marcel yang terluka akibat memukul cermin.
"Lebih baik ku akhiri saja semuanya sekarang. Kalau Bella mati malam ini maka cinta Inka akan jadi satu-satunya. Tidak akan ku biarkan ada wanita lain!"
Marcel berjalan gontai membawa sebuah pistol menuju kamar Bella. Perlahan tapi pasti langkah Marcel semakin dekat. Pada malam itu pula Bella tidak berhenti menatap pintu mengharap kedatangan Marcel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella - "A" series #1[END]
Roman d'amourTamparan keras melayang dari tangan seorang pria yang tepat mengenai wajah seorang gadis dihadapannya. Gadis yang dia jadikan objek balas dendam untuk segala rasa sakit dan kehilangan yang ia rasakan. ================================ (Cerita ini men...