Bella bekerja dibawah teriknya matahari, menyapu halaman belakang yang begitu luas. Sudah lebih dari tiga jam Indira menyiksa Bella dengan memperbudaknya. Mengancam akan menyiksa Roby jika gadis itu menolak.
"Aku lelah. Aku mau istirahat sebentar karena kepalaku mulai pusing," keluh Bella. Wajahnya tampak pucat.
"Oh. Mau istirahat?" India menaikkan satu alis. Menunjukkan arogansi.
Maju selangkah mendekati Bella. Lalu melipat kedua tangan di dada.
"Boleh saja, asal Roby bisa menggantikan posisimu saat ini atau dua kali lipat dari yang kau kerjakan sekarang!" Ancamnya.
Helaan nafas panjang terdengar dari bibir Bella yang mengelupas karena kering. Dia belum minum setetes air pun sejak tadi. Dengan sangat terpaksa Bella mengeluarkan seluruh sisa tenaga nya untuk menyelesaikan semua perintah Indira.
Di dalam rumah, Marcel baru saja kembali dari pertemuan bisnisnya. Karena tidak melihat Bella ada di dalam kamar. Marcel langsung memerintahkan Veri untuk membawakan Bella padanya.
"Cari Bella dan katakan aku menunggunya disini!" tegas Marcel.
"Baik tuan." Vero mengangguk. Dia mencari Bella pada satu per satu ruangan namun tidak menemukannya.
Hingga langkah Vero berhenti saat mendapati Bella sedang mencabuti rumput yang mulai panjang di halaman belakang bersama Indira yang duduk santai sambil meminum segelas minuman dingin yang sengaja dia pamerkan pada Bella.
"Nona Isabella!" teriak Vero dari ambang. Suara Vero membuat pandangan Indira dan Bella menoleh bersamaan kearahnya.
Bella selalu merasa legah melihat kedatangan Vero. Meski tak banyak bicara namun Vero selalu membantu Bella terbebas dari Indira. Sambil menahan pusing Bella berjalan lemas mendekati Vero.
"Ada apa?" Wajah Bella semakin pucat. Membuat Vero sadar kalau dia mulai dehidrasi.
"Kamu sakit?" tanya Vero.
Bella cuma tertunduk, ujung matanya melihat sekilas kearah Indira yang terus memperhatikan mereka. Begitu takut untuk menyampaikan keluhannya pada Vero. Takut bila Indira akan menjadi murka dan membahayakan papa nya.
"Ikut masuk," pinta Vero. Dia menarik tangan Bella agar mengikuti langkahnya. Namun dengan cepat Indira beranjak menghadang jalan.
"Dia harus tetap di sini Vero, karena aku sedang memerintahnya. Aku punya hak atas kendali Bella dan Roby!" Indira berucap lantang tapi tak lantas membuat Vero mundur. Dia maju di hadapan Indira.
"Saya akan tetap membawa Bella pergi dari sini. Dengan atau tanpa persetujuan anda," jawabnya. Suara Vero berat dan dalam. Membuat suasan menjadi hening.
"Kau tidak seharusnya menentang perintah dariku!" Bentak Indira.
"Saya hanya akan patuh pada tuan Marcel. Jadi sebaiknya anda menyingkir dari jalan ini sebelum saya menggunakan kekerasan."
Indira menghentak kaki kesal ketika Vero melewatinya sambil menarik Bella. Mereka pergi begitu saja tanpa menghiraukan ancaman Indira.
Langkah lebar Vero sangat sulit diimbangi oleh Bella yang berjalan dibelakangnya. Dia sudah terlalu lelah kalau harus di paksa mengikuti kecepatan jalan Vero. Sambil tersengal Bella berusaha terus berjalan.
Brukkk!
Tubuh Bella ambruk seketika. Membuat Vero menoleh ke belakang. Dia yang begitu panik segera memangku Bella. Menempelkan punggung tangannya pada kening gadis itu. Benar saja, suhu tubuh Bella naik. Dia demam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella - "A" series #1[END]
RomanceTamparan keras melayang dari tangan seorang pria yang tepat mengenai wajah seorang gadis dihadapannya. Gadis yang dia jadikan objek balas dendam untuk segala rasa sakit dan kehilangan yang ia rasakan. ================================ (Cerita ini men...