Air mata

35.4K 1.4K 4
                                    

Hawa dingin mulai meresap ke seluruh tubuh Isabella. Cahaya matahari juga turut menyeruak masuk dari balik tirai putih yang menyilaukan. Membuat Bella perlahan terbangun.

Isabella heran ketika dirinya merasakan sangat kelelahan sekaligus sakit di bagian tertentu. Ia coba ingat kembali apa yang telah terjadi sebenarnya dan kenapa dia ada di sebuah kamar yang asing.

"Selamat pagi Isabella."

Terlihat Marcel yang baru keluar dari kamar mandi dalam keadaan bertelanjang dada serta handuk yang terlilit di bagian pinggang dan rambutnya yang masih setengah basah.

"Raka, apa yang terjadi? Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku begini?" Bella begitu panik.

"Bagaimana kamu bisa lupa sayang? Padahal tadi malam kamu terus memohon supaya aku menikmati tubuhmu. Malam yang sangat indah untuk kita," ungkap Marcel tanpa rasa bersalah.

Bella di buat sangat bingung karena dia tidak sepenuhnya mengingat kejadian tadi malam. Yang Bella ingat hanyalah saat ia merasakan Marcel mulai menyentuh setiap jengkal tubuhnya.

Penuh ketakutan Bella memeluk erat selimut yang menutupi tubuh polosnya. Dengan tatapan nanar Bella melihat bercak darah dari balik selimutnya yang membuat dia menangis.

"Bagaimana ini Raka? Rasanya sakit sekali. Aku juga takut kalau sampai papa tau," ucap Bella terisak.

Sempat tersirat rasa iba di dalam hati Marcel ketika melihat Bella menangis tidak berdaya. Namun pria itu segera memalingkan wajahnya dari Bella. Kembali pada rasa puas karena telah berhasil merusak gadis itu.

"Sudahlah Bella, buat apa menangis, kita juga sama-sama mau melakukannya. Mulai sekarang kamu adalah milikku," kata Marcel sambil mengenakan pakaian kemudian berlalu pergi meninggalkan Bella.

Dengan rasa sakit dan sambil menangis Bella memungut semua pakaiannya yang tergelak di lantai. Bella tidak ingin tinggal lebih lama disana. Dia segera pergi begitu saja tanpa berkata apapun pada Marcel.

Marcel sama sekali tidak mau mempedulikan perasaan Bella. Yang dia tau hanya kepuasan karena sudah berhasil melancarkan satu lagi rencananya menghancurkan Roby melalui Bella.

"Kali ini kau sama sekali tidak akan ku berikan kesempatan untuk melawanku Roby. Akan kau rasakan apa yang sudah aku rasakan."

Marcel melihat satu per satu fotonya bersama Bella tadi malam.

"Aku lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada putrimu yang begitu nikmat roby." Marcel tersenyum penuh kemenangan.

Berbanding terbalik dengan Marcel. Perasaan Bella di landa ketakutan, marah dan sedih menjadi satu. Bella sangat menyayangkan apa yang sudah Marcel lakukan padanya.

Setelah memarkirkan mobil Bella langsung masuk kedalam rumah. Dia berjalan setengah berlari menaiki anak tangga menuju kamar. Namun langkah Bella terhenti ketika berhadapan dengan Roby.

"Kamu memang tidak bisa di berikan kepercayaan Isabella. Beginikah kelakuan kamu setelah mama tidak ada? Memalukan!" Sergah Roby sambil mencengkram lengan Bella.

"Lepas pa, sakit!"

"Lihat penampilan mu sangat berantakan. Kamu pasti mabuk dan bersama seseorang-kan!" Tuding Roby.

"Tidak, Bella tidak begitu, papa harus percaya sama Bella," isaknya mulai menangis.

Roby sudah terlanjur murka melihat kelakuan Bella yang bahkan Bella sendiri juga tidak bermaksud melakukan itu. Tapi sebagai bentuk hukuman Roby menyeret Bella lalu mengurung nya di dalam kamar.

"Papa, buka pintunya!"

"Kamu tidak boleh keluar dan pintu akan papa kunci sampai papa kembali. Silahkan kamu pikirkan perbuatan mu. Sangat mengecewakan!"

Isabella - "A" series #1[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang