Pukul tiga pagi, Raf bangun dari tidurnya. Laki-laki itu menepuk kening ketika teringat sesuatu. "Astaghfirullah! Rae!" serunya pelan. Ia melihat Lubna yang saat ini masih tertidur pulas. Raf bangun dari tempat tidurnya dengan gerakan terburu-buru. Lubna yang sedang tertidur ikut bangun dan membuka matanya perlahan. Perempuan itu melihat Raf yang kini sudah berjalan menuju pintu kamar.
"Kamu mau ke mana, Raf?" tanya Lubna yang membuat Raf menoleh.
"Aku ... mau ke kamar mandi," balas Raf gugup. "Mau mandi ... setelah itu salat tahajud."
Lubna tertawa kecil. "Kamar mandinya kan ada di dalam kamar, Raf."
Raf ikut tertawa canggung. Lubna hanya tertegun. Ia menyadari bahwa saat ini Raf terlihat kebingungan. Sementara itu, Raf mengangguk kecil seraya mengamati kamar Lubna yang luasnya dua kali lipat dari kamar Rae dan sudah dilengkapi dengan furnitur lengkap beserta kamar mandi. Lubna menunjuk sudut kamarnya yang dilengkapi sajadah dan memang dikhususkan untuk salat. "Kita bisa shalat di sana."
Raf mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Tepat sebelum dia masuk kamar mandi, Lubna bertanya, "Kamu akan mengimami aku shalat sunah kan, Raf?"
Raf berhenti berjalan. Sebelum memasuki kamar mandi, ia menghampiri Lubna dan mengusap pelan puncak kepala istrinya. "Iya, Lubna," ucap Raf, "setelah aku selesai mandi, kamu juga mandi dulu ya, Na."
Lubna mengernyitkan keningnya. "Aku ... kenapa harus mandi?"
Raf terdiam. "Kita, kan ... semalam—"
"Oh, iya, iya." Lubna langsung memotong ucapan Raf. Ia merasakan wajahnya kembali menghangat. "Aku lupa."
"Lupa kalau semalam ... kita—"
"Bukan, Raf," balas Lubna sambil tersenyum kecil. "Aku lupa kalau setelahnya harus mandi. Tapi tenang aja, Raf, aku sudah baca buku yang kamu kasih sebelum kita menikah, kok. Aku juga sudah menghafal doa-doanya. Tapi aku lupa langkah-langkahnya. Aku ambil bukunya—"
"Langsung aku ajarin aja gimana?"
"Hah?"
"Sunnah juga."
"Maksudnya?"
"Berpahala lho, Na."
"Apasih, Raf?!"
Raf tertawa dan mengacak rambut Lubna sekali lagi. "Ya sudah, selama aku mandi, kamu baca-baca lagi bukunya," ujar Raf pelan, "harus sudah di luar kepala ya, Na. Soalnya kamu akan sering melakukannya."
Lubna mengerjapkan matanya berkali-kali. Bersamaan dengan itu, wajahnya semakin memanas dan debar jantungnya semakin kencang. Raf hanya tertawa. Lubna tahu arti dari tawa itu. Raf senang melihat Lubna gugup dan merona seperti sekarang.
"Tapi aku nggak bohong lho, Na."
"Apa?"
"Mandi bareng suami itu ibadah sunnah."
Setelah mengucapkan itu, Raf tersenyum sekali lagi dan berjalan untuk memasuki kamar mandi. Lubna masih mengatur napas di atas tempat tidur. Ia tidak pernah menyangka sosok Raf yang kaku memiliki tutur kata dan perlakuan yang bisa membuatnya berbunga-bunga. Jadi begini sosok kamu setelah menjadi seorang suami, gumam Lubna di dalam hati.
Lubna menarik napas sekali lagi sebelum akhirnya berdiri dan mengejar langkah Raf. Tepat sebelum pintu kamar mandi tertutup, Lubna menahannya. Raf dan Lubna bertatapan. "Aku lupa bukunya ada di mana," ujar Lubna sambil menunduk, "Kamu ... beneran mau ngajarin aku?"
Raf memberikan jawaban dengan menarik tangan Lubna, kemudian melangsungkan ibadah kedua mereka.
Selesai mandi, Raf dan Lubna melangsungkan salat malam bersama-sama. Selama dua puluh empat tahun hidup, waktu paling menenangkan bagi seorang Lubna Aishwirya adalah saat ia memejamkan mata beberapa menit sebelum menari—ketika ia melakukan olah sukma diiringi denting alunan musik bernuansa sunyi. Tapi hari ini, Lubna tahu bahwa menghadap Tuhan dengan menyerahkan sepenuh hatinya menghadirkan sesuatu yang lebih dari tenang. Hatinya begitu tentram. Ketika ia menyimak lantunan ayat suci Al-Qur'an yang begitu asing di telinganya, ia merasa persis seperti lahir kembali dalam keadaan fitrah.
![](https://img.wattpad.com/cover/211653947-288-k595324.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Sementara [On Hold]
Espiritual[BUKU KEDUA DWILOGI RIHLAH CINTA] Sejak awal menikah dengan Raf, Lubna sudah tahu bahwa sampai kapanpun, ia tidak akan pernah menjadi yang pertama dan utama. Tanpa menjelaskan apapun, dari sudut mata Raf yang selalu sendu saat melihat album dengan j...